Gunung Semeru Meletus, Ahli Vulkanologi ITB Sampaikan Analisis Begini
Dia menerangkan, meskipun isi dapur magma yang terlihat sedikit dari aktivitas kegempaan juga sedikit (hanya bisa dideteksi oleh alat, namun tidak dirasakan oleh orang yang tinggal di sekitarnya), Semeru tetap bisa erupsi.
Dosen pada Kelompok Keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) itu mengatakan, Gunung Semeru merupakan salah satu gunung api aktif tipe A.
Berdasarkan data dan pengamatan yang dilakukan, Mirzam menyimpulkan bahwa Semeru memiliki interval letusan jangka pendeknya 1-2 tahun. Terakhir, tercatat ada letusan di tahun 2020 pada bulan Desember.
"Letusan kali ini, volume magmanya sebetulnya tidak banyak, tetapi abu vulkaniknya banyak, sebab akumulasi dari letusan sebelumnya," ujar dia.
Baca Juga: Erupsi Semeru: Aremania Bantu Menyisir Warga, Sumber Wuluh Dikosongkan
Mirzam menyampaikan arah abu vulkanik dari letusan Gunung Semeru juga bisa diprediksi, yaitu mengarah ke tenggara.
Hal ini mengacu pada peta geologi Semeru yang membentuk bidang tempat lahirnya gunung itu tidak horizontal, tetapi miring ke arah selatan.
Bila mengacu pada letusan tahun 2020, katanya, arah abu vulkaniknya cenderung ke arah tenggara dan selatan, karena anginnya berhembus ke arah tersebut.