Guru Honorer di Mimika, Gaji Rp 1 Juta per Bulan, Tidak Rutin Dibayar
Seperti guru honor lain yang mengabdi di seantero pelosok Mimika, Gerardus yang diberi tanggung jawab sebagai wali kelas IV SD YPPK Mioko merasa senang dengan adanya kebijakan Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Mimika yang menyediakan anggaran untuk insentif guru. Gerardus mengaku mulai menerima insentif pada 2015.
Masalah insentif itulah yang membuat khalayak umum terenyuh. Tepatnya, ketika seorang pengguna media sosial menyebarkan fotonya yang sedang menangis. Pada keterangan foto tersebut disebutkan bahwa Gerardus menangis karena meminta insentif segera dibayarkan.
Dia tidak membantah kabar bahwa dirinya menitikkan air mata di hadapan Kabid Kebudayaan Dispendasbud Mimika itu. Namun, dia menyatakan, hal yang sebenarnya terjadi tidak seperti yang orang pikirkan.
Dalam pembicaraannya dengan Dominggus Kapiyau, memang ada bahasan masalah insentif. Tapi, yang membuatnya terharu, Dominggus yang juga pejabat asli suku Kamoro itu memberikan nasihat kepadanya agar tidak patah semangat dalam mendidik anak-anak generasi suku Kamoro. "Jadi, saya cucurkan air mata bukan karena masalah insentif," ungkapnya.
Dia mengakui, mendidik anak-anak Suku Kamoro memiliki tantangan yang cukup besar, salah satunya karena pengaruh budaya dan lingkungan, di mana anak-anak lebih sering ikut orang tuanya mencari ikan atau mencari sagu dibandingkan sekolah.
Namun kata dia, semangat sekitar 200 orang anak Kamoro di Kampung Mioko semakin meningkat untuk bersekolah. Dia hanya berharap bagaimana guru lainnya bisa lebih betah tinggal di tempat tugas, mendidik anak-anak agar memiliki pemikiran yang semakin terbuka. Salah satu keunggulannya, Gerardus yang seorang Suku Kamoro bisa melakukan pendekatan ke anak-anak menggunakan bahasa daerah. (selviani/Radar Timika)