Gusdurian dan Tanggung Jawab Meraih Puncak Kekuasaan
Oleh KH Imam Jazuli Lc MA*Sebaliknya, persatuan dan kesatuan, sekalipun sulit diraih, tetaplah kebaikan. Bahkan, sekalipun seluruh dunia setuju bahwa persatuan sebagai sesuatu yang sia-sia kita perjuangkan, anggapan tersebut tidak menyurutkan nilai penting persatuan.
Oleh karena itu, apa makna Gusdurian memperjuangkan nilai-nilai pluralisme, harmoni, persatuan antar-anak bangsa, sementara diri sendiri sangat sulit untuk hidup harmoni atau bersatu dalam satu payung bersama (PKB) yang diciptakan dan didirikan oleh satu figur yang sama-sama kita junjung tinggi: Gus Dur.
Tentu kita tidak mau pembicaraan yang omong kosong. Pembicaraan omong kosong belaka yang dimaksud di sini ialah tentang cara teknis mewujudkan cita-cita Gus Dur.
Beliau (almaghfurlah) selama ini tidak hanya berjasa besar untuk menyatukan seluruh elemen bangsa, bahkan juga memperjuangkan hak-hak kaum minoritas. Namun, itu juga sindiran bagi kita semua.
Jika membangun harmoni dengan minoritas maupun nonmuslim saja bisa dan penting, betapa jauh lebih penting membangun harmoni sesama muslim. Sebab, pengertian muslim di sini sangat luas, lintas partai, lintas ormas.
Mari kita bangun harmoni di tingkat yang paling sempit. Yaitu, di tingkat sesama pengagum Gus Dur dan sesama ahli waris harta berharga Gus Dur, PKB.
Dengan memberikan contoh yang baik dan keteladanan yang luhur, Gusdurian pasti menginspirasi entitas lain di luar sana. Jika Gusdurian dan PKB bisa bersatu padu dengan harmoni, bahkan menjadi pilar utama penopang suara PKB, maka itu akan jadi keteladanan yang baik, bukan hanya bagi internal PKB dan Gusdurian, melainkan juga di tingkat yang lebih tinggi/luas lagi, yaitu nahdiyin.
Artinya, jika PKB dan Gusdurian saja bisa bersatu, mengapa warga nahdiyin yang bukan PKB dan Gusdurian tidak bisa bersatu!