Ha..ha...Namanya (.), Tanda Baca Itu Lho...Bukan Titik
jpnn.com - SUATU siang di sebuah sekolah dasar.
’’Jadi, nama anak kedua Pak Ali siapa?’’ tanya petugas tata usaha sekolah itu. Intonasi suaranya terdengar lebih keras. Terdengar nada kejengkelan di sana.
’’Kan sudah saya bilang, namanya (.),’’ jawab Ali dengan nada tak kalah ketus.
’’Oke, saya catat ya, namanya Titik,’’ ujar si petugas.
’’Lho, bukan Titik. Namanya (.),’’ sergah Ali.
(Dan perdebatan itu pun berlangsung lamaaa sekali).
--------------
FEMMY NOVIYANTI, Jepara
FAJAR R. VESKY, Payakumbuh
--------------
Baiklah. Adegan tersebut memang hanya rekaan, bukan reka ulang seperti yang dilakukan polisi saat menyelidiki tindak kejahatan. Tapi, kira-kira itulah risiko yang harus dihadapi Ali setiap mencatatkan nama anak perempuannya tersebut dalam administrasi resmi. Entah dalam akta kelahiran, kartu keluarga, atau di sekolah.
Sebab, petugas mana yang tak akan minimal bertanya empat sampai lima kali, dengan mengorek-ngorek kuping karena takut salah dengar, sambil menahan diri untuk tidak menggebrak meja, jika anak yang didaftarkan bernama (.)? Ya, (.) yang tanda baca itu lho. Bukan Titik seperti pada Titik Sandhora (yang kenal ketahuan umurnya) atau Titik Kamal (oh, maaf itu Titi).
’’Kami pilih nama itu karena kehidupan ini kan selalu berawal dari titik,’’ jelas Ali kepada Radar Kudus (Jawa Pos Group).