Hancurkan Fasilitas Nuklir, Korut Cuma Pencitraan?
jpnn.com - Dengan mengundang para jurnalis televisi maupun cetak, Korut berharap gambar-gambar dan video dramatis penutupan fasilitas nuklir di Punggye-ri bisa disiarkan ke seluruh dunia.
Sayang, mereka tak mengundang pengawas nuklir internasional. Seandainya ada, mereka bisa memutuskan apakah memang fasilitas itu tidak bisa lagi digunakan setelah hancur.
Pasalnya, penghancuran Punggye-ri tak berarti program nuklir Korut benar-benar tamat. Malahan, bisa jadi langkah tersebut diambil karena mereka sudah siap memproduksi massal senjata pemusnah massal.
’’Itu bisa mengindikasikan bahwa Korut yakin program nuklirnya sudah membuat kemajuan yang mencukupi sehingga tidak perlu lagi melakukan uji coba,’’ ujar pengamat Korut dari Middlebury Institute of International Studies (MIIS) Catherine Dill.
Penghancuran fasilitas uji coba nuklir tersebut merupakan ide Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong-un jelang pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump. Saat itu, banyak pihak menilai bahwa itu adalah langkah positif yang diambil Pyongyang. Sayang, pertemuan tersebut belum pasti.
Washington mencari perkara dengan melontarkan kalimat-kalimat yang kurang mengenakkan. Di sisi lain, Pyongyang sangat mudah tersinggung. Yang terbaru adalah komentar Wapres AS Mike Pence yang menyatakan Korut bisa berakhir seperti Libya.
Wakil Menteri Luar Negeri Korut Choe Son -hui langsung membalas. Dia menyebut pernyataan yang keluar dari mulut Pence itu tidak bertanggung jawab dan bodoh.
’’Apakah AS akan menemui kami di ruang rapat atau menghadapi kami dengan pertarungan senjata nuklir sepenuhnya bergantung keputusan dan sikap AS,’’ ancam Choe.