Hardiknas 2021: Ketum PGRI Sentil Kesejahteraan Guru dan Kegaduhan Pendidikan
Sudahkah tri pusat pendidikan (pendidikan di rumah, sekolah, dan masyarakat) yang diimpikan Ki Hadjar Dewantara menjadi bagian ekosistem pendidikan kita saat ini?
"Marilah bersama terus kita luruskan biduk pendidikan agar kembali sesuai arah yang telah ditunjukkan bapak pendidikan nasional kita," ujarnya.
Ki Hadjar sudah mengajarkan orientasi bangsa yang sangat jelas dan futuristik, melihat jauh ke depan. Namun, kata Unifah, terlanjur mengabaikan bahkan melupakan nasihat bijak pendiri bangsa, sehingga pendidikan kita mengalami kemunduran.
"Kemunduran pendidikan karena terlalu sibuk membahas masalah-masalah administratif pendidikan," cetusnya.
Mulai dari kurikulum, penggunaan anggaran, sistem evaluasi dan kelulusan, dana bantuan sekolah, dan berbagai persoalan lainnya. Menurut Unifah, pendidikan dikerdilkan menjadi sekadar akademis atau intelektualitas semata. Sementara rohnya pendidikan, hakikat pendidikan dilupakan.
"Persoalan besar yang kita hadapi sekarang adalah hilangnya makna atau roh pendidikan dalam kehidupan berbangsa," ucapnya.
Menyalahkan guru dalam kondisi seperti ini, menurut Unifah sangat keliru. Guru sejak awal “dijebak” dalam persoalan administratif serta dikejar target kurikulum yang sangat menguras tenaga.
Guru misalnya harus membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menentukan kriteria ketuntasan minimal (KKM) dan melakukan analisis hasil ulangan (AHU) yang membutuhkan konsentrasi tinggi. Belum lagi menyusun silabus, membedah kisi-kisi soal ujian tengah semester (UAS) serta seabreg hal lain yang sangat administratif, menyita waktu dan menguras tenaga.