Harga Beras Sudah Turun Sebelum Impor, Ada Apa?
Apa itu? Dr. Bagus menjelaskan bahwa harga gabah hasil panen raya yang sudah mendekati pintu gerbang rezeki melimpah untuk petani ini akan terhempas ke titik rendah lagi.
“Pedagang akan memborong gabah petani pada harga yang murah. Setelah panen raya selesai, harga langsung melambung lagi. Pedagang untung, petani buntung. Jika benar dugaan tersebut, maka petani jelas dirugikan oleh niat politik yang sehat ini," jelasnya.
Menurut Dr. Bagus, komitmen Pemerintah untuk pro rakyat seharusnya dimaknai dengan memberi kesempatan petani menikmati panen rayanya. Pemerintah harus melindungi petani agar warga mau jadi petani sehingga Indonesia memiliki ketahanan pangan yang andal.
“Untuk itu saya cenderung merekomendasikan pada Mendag untuk membatalkan impor beras dari luar negeri tersebut. Sekiranya pembatalan punya risiko yang tidak siap ditanggung, pilihan terbaik berikutnya adalah agar pengiriman barang dilakukan dua-tiga bulan setelah panen raya usai," ujarnya.
Penundaan tersebut, kata pengajar Ekonomi Bisnis UGM ini, sekaligus memberi ruang yang cukup pada Bulog untuk merencanakan stabilisasi harga beras yang berkelanjutan.
Ditanya apakah perlu melakukan re-ekspor kembali, Dr. Bagus mengatakan dirinya merasa tidak perlu di-re-ekspor. Kebijakan re-ekspor akan membuat pemerintah seperti tidak cermat membuat perencanaan pangan karena miskin data yang akurat.
“Untuk tahun ini cukup dengan pembatalan impor atau second bestnya penundaan pengiriman barang setelah panen raya sudah benar-benar usai. Dan yang paling penting, perlulah koordinasi yang lebih matang sebelum akan impor lagi.”, pungkasnya. (jpnn)