Harga Minyak Kembali Turun
Subsidi BBM Masih TinggiMinggu, 10 Agustus 2008 – 12:11 WIB
Pada perdagangan Jumat (8/8), minyak jenis light sweet crude pengiriman September di Bursa Berjangka New York (NYMEX) anjlok USD 4,82 per barel. Yakni, dari USD 120,02 pada Kamis (7/8) ke level USD 115,20 per barel.
Analis energi dari Reforminer Institute Pri Agung Rakhmanto mengatakan, faktor fundamental permintaan dan penawaran sudah tidak lagi menjadi unsur dominan penggerak harga minyak. Faktor itu kini digantikan oleh kuat lemahnya nilai tukar dolar AS. ’’Pergerakan harga minyak akan cenderung berlawanan dengan nilai tukar dolar AS,’’ ujarnya.
Maksudnya, saat nilai tukar USD melemah seperti beberapa waktu lalu, spekulan akan berbondong-bondong masuk pasar komoditas minyak. Dengan begitu, harga minyak bakal melambung. Tapi, ketika nilai tukar USD menguat seperti saat ini, spekulan langsung mengalihkan portofolio ke pasar uang. ’’Akibatnya, transaksi komoditas minyak turun, demikian pula harganya,’’ jelasnya.
Faktor lain yang menyeret harga minyak, kata Pri Agung, adalah pernyataan presiden OPEC yang memperkirakan harga minyak bakal turun hingga USD 70 per barel. ’’Pernyataan OPEC memang menjadi acuan transaksi seluruh pedagang minyak,’’ katanya.
Meski demikian, anjloknya harga emas hitam itu diprediksi tidak mengubah banyak postur APBN. Kendati melemahnya harga minyak membuat beban subsidi lebih ringan, tetap saja APBN belum aman. Sebab, asumsi harga minyak dalam APBN Perubahan 2008 dipatok USD 95 per barel atau terpaut USD 10 per barel dari harga saat ini.
Dalam APBN Perubahan 2008, subsidi BBM meningkat dua kali lipat menjadi Rp 126,8 triliun dan subsidi listrik Rp 60,2 triliun. Setelah menaikkan harga BBM rata-rata 28,7 persen akhir Mei lalu, pemerintah membuat asumsi harga minyak baru USD 110 per barel. Walau begitu, subsidi masih tetap tinggi, yakni BBM Rp 132,1 triliun dan listrik Rp 68,5 triliun.