Harga Urea Anjlok, Jadi Tantangan Besar Pupuk Indonesia
jpnn.com - JAKARTA - Jatuhnya harga urea internasional menjadi tantangan besar bagi PT Pupuk Indonesia sepanjang tahun ini.
Vice President Corporate Communication PI Wijaya Laksana mengatakan kondisi tersebut dirasa paling sulit sejak perusahaan berdiri pada 1959.
Di mana harga urea global yang anjlok hingga USD 200 per ton membuat produk Pupuk Indonesia sulit bersaing di pasar internasional.
Laksana mengatakan, sebenarnya pada periode 2012 hingga 2015 perseroan menghasilkan pendapatan sebanyak Rp 59,6 triliun dengan laba Rp 4,3 triliun per tahun.
Ini karena pada saat itu harga urea di pasar global sekitar USD300 hingga USD400 per ton dan amoniak sebesar USD450 per ton.
"Pada tahun ini harga urea yang rendah karena terjadi oversupply serta turunnya harga energi, khususnya gas bumi di berbagai negara. Kapasitas urea dunia sebesar 240 juta ton per tahun, sedangkan kebutuhan pasar hanya sekitar 174 juta ton sehingga ada kelebihan suplai 63 juta ton," papar Wijaya di Kementerian BUMN, Rabu (23/11).
Selain itu, kondisi ini diperparah dengan semakin murahnya harga gas bumi sebagai bahan baku utama pembuatan pupuk urea dan amoniak. Harga gas di negara-negara produsen pupuk rerata berkisar antara USD3-4 per MMBTU.
"Sedangkan harga gas bagi produsen pupuk di Indonesia rata-rata USD6-8 per MMBTU. Ini membuat biaya produksi urea lebih tinggi dibandingkan negara pesaing, sehingga kami sulit bersaing di pasar internasional," tegas Wijaya.