Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Hari Ibu, Kisah Heroik Bidan Desa di Daerah Terpencil

Selasa, 22 Desember 2015 – 18:42 WIB
Hari Ibu, Kisah Heroik Bidan Desa di Daerah Terpencil - JPNN.COM
Para Bidan Desa Pegawai Tidak Tetap (PTT) yang rela mengabdi di wilayah terpencil. FOTO: Bidang PTT for JPNN.com

jpnn.com - Momentum Hari Ibu, 22 Desember 2015 kali ini amat terasa bagi seluruh bidan desa. Terutama bagi bidan desa yang masih berlabel Pegawai Tidak Tetap (PTT). 

Ketua Forum Bidan Desa PTT Pusat Indonesia, Lilik Dian Eka mengungkapkan, suasana ketidakpastian kerja justru tidak menyurutkan langkah TUPOKSI puluhan ribu bidan desa yang tetap bekerja. Mereka mengabdi di tengah lingkungan paling terpencil, dan masih ada saja yang menyebut-nyebut pedalaman ujung Marauke sebagai miniatur masyarakat primitif, ketika pemerintahan Jokowi berupa sedang menggenjot pembangunan infrastruktur belakangan ini. 

Bidan desa tak gentar berkeseharian hadapi daerah konflik, perbatasan, perairan, dengan kondisi masyarakat yang mendiami 34 provinsi terentang di 17.500 pulau di Indonesia, dan sedikitnya terdapat di 73 ribuan kelurahan/desa seluruh Indonesia.

“Forum Bidan Desa PTT (Pusat) Indonesia turut memeringati Hari Ibu, sejak 87 tahun lalu diselenggarakannya Kongres Perempuan Pertama, 22 Desember 1928 di Jogyakarta,” ucapnya, Selasa (22/12).

Dalam kongres itu, para pejuang perempuan berhasil menyerukan tuntutan terhadap pemerintahan kolonial Belanda, dan berhasil mendobrak feodalisme serta konservatisme yang mengurung perempuan di ruang domestik. Kesadaran bahwa permasalahan-permasalahan yang dialami perempuan, berupa berbagai sikap diskriminatif, ketimpangan dalam bidang pendidikan, kesehatan,  ekonomi, sosial, dan budaya, tak akan berakhir tanpa perubahan arah kebijakan politik yang semestinya melibatkan kaum perempuan di Indonesia. 

Semangat perubahan Kongres Perempuan Pertama agaknya semakin relevan diperlukan di masa kini.

“Salah satunya, kami ingin concern terhadap kesehatan ibu dan anak. Sebabnya, memengaruhi generasi penerus pembangunan di masa mendatang," terang Lilik.

Generasi kurang gizi, tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi telah menjadi force major dan berlangsung akut. Parahnya, telah menimpa dua orang bidan desa yang bertugas mengabdi di daerah terpencil Kalimantan Barat, dan Papua, juga dokter-dokter yang alami kematian di dalam tugas, baru-baru ini.

Momentum Hari Ibu, 22 Desember 2015 kali ini amat terasa bagi seluruh bidan desa. Terutama bagi bidan desa yang masih berlabel Pegawai Tidak Tetap

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close