Harkitnas sebagai Momentum Kebangkitan Literasi & Pendidikan
Oleh Dian Budiargo*Oleh karena itu, pendidik menjadi bagian sangat penting dalam memotivasi kita semua khususnya peserta didik dalam menumbuhkembangkan rasa persatuan dan kesatuan. Harkitnas pada 20 Mei ini adalah momen tepat untuk mengingatkan kembali tugas dan tanggung jawab kita semua.
Pendidikan, Literasi, dan Budaya
Pandemi covid mengajarkan banyak hal kepada kita semua bahwa teknologi begitu berperan dalam kelancaran pendidikan, mulai tingkat anak-anak, remaja, hingga dewasa. Pembelajaran secara daring pun menjadi salah satu metode pembelajaran yang diterapkan untuk pendidikan jarak jauh.
Kondisi ini membawa kita harus mampu beradaptasi dengan kehidupan di era digital. Berinteraksi secara virtual meniadakan konteks atau disebut dekontekstual (Sri, 2010), padahal konteks dapat memberikan gambaran utuh terhadap nilai dan budaya disekitarnya.
Penanaman nilai dan budaya bisa digulirkan melalui komunikasi yang efektif dalam proses interaksi secara virtual. Teori kehadiran sosial (Short, J. A., Williams, E., & Christie, B. ,1976) berpendapat bahwa kehadiran kita dalam berkomunikasi memberikan makna bagi setiap interaksi.
Oleh karena itu, walau interaksi terjadi secara virtual tanpa perjumpaan fisik, interaksinya tetap bisa dibangun dengan baik. Interaksi virtual bukanlah hambatan tatkala kita sadar, mampu, dan mau untuk berada di dalamnya.
Kita harus mampu hidup berdampingan dalam eksoistem digital, sehingga melahirkan manusia cerdas yang memiliki olah pikir, olah rasa, olah karsa seimbang.
Kemampuan kita sebagai pendidik pun harus dapat menciptakan generasi yang bukan saja pintar, melainkan juga harus cerdas dengan didasari kemampuan digital memadai yang dibarengi dengan etika, keamanan, dan budaya (Kominfo, 2023).
Data dari Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada 2019 menunjukkan Indonesia menempati posisi ke-62 dari 70 negara dalam hal literasi. Artinya, Indonesia termasuk dalam 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah.