Harry Aveling Profesor Penerjemah dari Australia Yang Cinta Sastra Indonesia
Menariknya, penghasilan uang yang ia dapatkan justru sering ia berikan kepada teman penulisnya di Indonesia.
"Kalau mendapat uang dalam rupiah jumlahnya tidak banyak dalam dollar Australia. Jadi lebih baik saya berikan kepada teman penulis di Indonesia."
Harry mengatakan bahwa seorang penerjemah harus kuat menerima kritik dari pembaca.
Pelajaran ini ia dapatkan dari pengalamannya menerjemahkan buku Melayu yang menuai banyak kritik dari tahun 1970 hingga sekarang.
"Buku yang paling banyak dikritik tersebut di Malaysia. Namanya 'Selena'. Buku ini isinya berputar-putar terus sampai tebalnya 500 halaman," kata Harry.
"Lama-lama orang bosan membacanya. Akhirnya saya potong supaya lebih lancar dan lebih menarik menjadi 300 halaman."
Ia mengatakan bahwa kritik akan selalu menjadi bagian dari profesi seorang penerjemah.