Hasil Survei Ini Perlu Diketahui Para Caleg
Sementara itu, pengamat politik dari Unmul lainnya, Lutfi Wahyudi, menganggap reklame hanya efektif bagi kalangan tertentu. Yakni mereka yang jarang berinteraksi dengan media. Baik media massa atau media sosial. Seperti di pedesaan atau wilayah terpencil lainnya. Yang tak terjangkau teknologi kekinian.
“Tapi bagi mereka yang biasa mengakses media, reklame ini sudah tak relevan,” sebut Lutfi.
Kalaupun ingin efektif, reklame sebaiknya dipasang di lokasi strategis. Tempat massa biasa berkumpul. Daripada diletakkan di pinggir jalan yang sudah biasa dilakukan sejak lama. Maka akan dianggap biasa oleh pengguna jalan dan cenderung diabaikan.
“Kecuali kontennya dibuat untuk membuat orang penasaran. Ya, yang nyeleneh. Daripada pasang foto, nomor, partai yang biasa. Yang biasa ini, menurut Hukum Gossen bikin jenuh,” jelasnya.
Reklame hanya untuk pemberi informasi. Untuk meningkatkan elektabilitas, caleg memang diwajibkan untuk berinteraksi langsung dengan calon pemilih. Bisa langsung secara fisik. Atau melalui media live streaming dan medsos.
“Door to door memang efektif. Namun, memakan banyak waktu dan biaya. Belum lagi isu yang dibawa si caleg,” ujarnya.
Dari penelitiannya, Lutfi menemukan apapun kampanye yang dilakukan caleg, hasilnya tak akan menggembirakan. Khususnya kondisi ekonomi Kaltim saat ini yang disebut masih lesu. Hal ini yang membuat caleg harus berusaha berkali lipat untuk meyakinkan calon pemilih dengan intensitas interaksi langsung.
“Mendorong persepsi positif masyarakat untuk diyakinkan kembali kalau nasib mereka bakal diperjuangkan ketika caleg itu terpilih,” katanya.