Haus Perang, Rezim Erdogan Kebut Pengiriman Pasukan ke Libya
jpnn.com, ANKARA - Rezim Recep Tayyip Erdogan mengaku khawatir perang saudara di Libya bakal membuat negara itu bernasib seperti Suriah. Anehnya, solusi Turki bagi masalah tersebut adalah mengirimkan pasukan untuk ikut campur dalam konflik tersebut.
Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dalam rapat bersama Partai AK menyampaikan harapannya agar legislatif segera memberi lampu hijau bagi pengerahan militer ke Libya.
"Jika Libya hari ini menjadi seperti Suriah, maka perubahan semacam itu akan merembet ke negara-negara lainnya di kawasan itu," kata Cavusoglu, Sabtu (28/12).
Pemerintah Libya yang secara internasional dikenal dengan Pemerintahan Kesepakatan Nasional (GNA) tengah berjuang menghadapi kekuatan Jenderal Khalifa Haftar yang didukung oleh Rusia, Mesir, Uni Emirat Arab, dan Yordania. Dalam konflik ini Turki berpihak kepada pasukan GNA.
Cavusoglu menekankan bahwa penandatanganan perjanjian militer dan keamanan dengan Libya sangat penting. Dia pun mengaku akan bertemu dengan tiga pimpinan partai oposisi untuk membicarakan rencana tersebut.
"Kita harus melakukan langkah apapun yang diperlukan untuk mencegah Libya terbagi-bagi dan jatuh ke dalam kekacauan, dan hal inilah yang tengah kita lakukan. Kita berurusan dengan pemerintah yang resmi di sana," ujar dia di depan para politikus partai pimpinan Erdogan tersebut.
Sebelumnya, Presiden Erdogan mengumumkan keputusan pemerintahannya meminta persetujuan parlemen untuk mengirim pasukan ke Libya dan ikut membela GNA yang didukung oleh Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Bulan lalu, pemerintah Turki menandatangani dua perjanjian berbeda dengan GNA yang dipimpin Fayez al-Serraj. Satu perjanjian mengenai kerja sama keamanan dan militer, sementara yang lainnya mengenai perbatasan maritim di sebelah timur Mediterania.