Hilirisasi dan Transformasi Ekonomi Indonesia Menghadapi Banyak Tantangan
Oleh Bambang Soesatyo - Ketua MPR RI/Ketua Dewan Pembina Alumni Doktor Ilmu Hukum UNPADjpnn.com - Sudah terbukti bahwa tekad Indonesia mewujudkan hilirisasi atas kekayaan sumber daya alam (SDA) menghadapi banyak tantangan tidak ringan, baik tantangan dari luar maupun dari dalam.
Namun, Indonesia akan dimampukan mewujudkan hilirisasi SDA hanya jika rakyat dan kepemimpinan nasional berteguh pada sikap dan pendirian untuk memanfaatkan SDA bagi sebesar-besarnya kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.
Sebelum IMF atau Dana Moneter Internasional ‘cawe-cawe’ menyoal program Indonesia bagi hilirisasi SDA, Uni Eropa (UE) sudah mempermasalahkan dan berupaya menghambat ekspor dari Indonesia atas produk minyak sawit mentah dan turunannya. Macam-macam tuduhan UE.
Dari tuduhan tentang produk sawit Indonesia yang tidak ramah lingkungan, merusak hutan, sampai merusak ekosistem flora dan fauna.
Namun, semua orang tahu bahwa dibalik ragam tuduhan itu, tujuan utama UE adalah merawat daya saing produk minyak makan mereka yang dibuat dari kedelai dan jagung.
Belum berhenti mengusik dengan isu minyak sawit dan produk turunannya, UE mengeskalasi tekanannya kepada Indonesia dengan memprotes kebijakan pemerintah melarang ekspor nikel yang masih berbentuk bahan mentah (raw material). Protes UE bahkan sampai dibawa ke forum Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Melibatkan WTO dalam kasus kebijakan nikel ini menjadi pertanda bahwa rangkaian lobi antara UE dengan Indonesia tidak membuahkan hasil karena pemerintah tetap bersikukuh dengan kebijakannya.
Setelah menyoal sejumlah peraturan atau kebijakan kementerian pada Oktober 2022, Badan Penyelesaian Sengketa WTO menyatakan Indonesia kalah. Tidak menyerah begitu saja, Indonesia mengajukan banding.