Hitung Ulang
Oleh Dahlan IskanInvestornya sudah diajak ke Gedung Putih. Pun sang presiden sudah meletakkan batu pertama pembangunannya. Sudah dibangga-banggakan sebagai simbol kembalinya investasi ke Amerika.
Sampai Trump kalah pilpres kemarin pabrik TV itu belum juga dibangun.
Nama investornya, Anda sudah tahu: Terry Gou. Salah satu konglomerat terbesar di Taiwan. Yang punya pabrik terbesar iPhone di Tiongkok itu.
Permintaan hitung ulang Trump itu kelihatannya agak terlambat. Apa pun yang terjadi tanggal 1 Desember sudah harus final. Padahal hitung ulang itu perlu waktu antara 10 sampai 15 hari: harus manual.
Permintaan hitung ulang yang hanya di beberapa dapil itu, kelihatannya juga untuk mengejar deadline 1 Desember 2020. Agar bisa selesai dalam waktu satu minggu.
Mungkin Trump juga tidak terlalu mengharap kemenangan. Bisa jadi ia hanya ingin sedikit data: bahwa bisa ditemukan selisih angka. Biarpun tidak mengubah hasil yang penting terbukti ada yang salah hitung. Agar tuduhan curangnya selama ini sedikit ada alasan.
Misalnya ia begitu berkibar ketika akhirnya diakui ada 2.600 suara yang terlewat dihitung di Georgia. Itu akibat mesin yang rewel.
Meski jumlahnya jauh dari selisih kekalahannya tetapi Trump menjadi punya bahan untuk berkoar di Twitter. Apalagi uang yang sudah dibayar oleh Trump itu tidak sepenuhnya hilang.