HMS Center: Aneh, Tokoh Besar Soeharto Diinjak-injak, Jokowi Dinaikkan Setinggi Langit
“Apa lupa berapa utang luar negeri kita di masa Jokowi? Apa lupa minyak goreng sampai enggak ada, padahal negara kita kaya sawit? Apa lupa berapa hutan yang dijual ke imperialis?” ujar Hardjuno dengan nada tanya.
Sebagai naskah akademik, lanjut Hardjuno, produk ini sangat tidak berkualitas. Apalagi, hasil kajian akademisnya berisikan politik.
Menurut Hardjuno, kebijakan tidak bisa ditulis sebagai naskah akademik sebuah keputusan presiden.
Kebijakan selalu memunculkan banyak pandangan tergantung cara pandangnya.
“Semestinya para penyusun naskah akademik yang berasal dari universitas terkemuka Indonesia, UGM, tahu mengenai hal itu,” tuturnya.
Lebih lanjut, Hardjuno menegaskan naskah akademik ini disusun oleh sejumlah akademisi yang berasal dari UGM di antaranya adalah Sri Margana, Julianto Ibrahim, Siti Utami Dewi Ningrum, Satrio Dwicahyo serta Ahmad Faisol tidak mencermikan sebuah produk intelektual.
Justru yang mengemuka di ruang publik, menurut Hardjuno, naskah akademis ini sebuah pesanan untuk menyenangkan kelompok tertentu.
“Di sisi lain katanya mau menempatkan tokoh ke posisi semestinya. Ini kok malah sebaliknya. Aneh, mantan presiden kita, tokoh besar Soeharto diinjak-injak, sementara Jokowi dinaikkan setinggi langit,” pungkas Hardjuno.(fri/jpnn)