Humanitarian Islam dan Peran NU Dalam Membangun Papua
Oleh: M Rifai Darus - Wakil Ketua PWNU PapuaSemisal saat dibentuknya Komite Hijaz—seturut dengan berdirinya NU—tidak lain untuk merespons gerakan purifikasi oleh Raja Ibn Saud di tanah Hijaz (Mekkah-Madinah) yang melarang kebebasan bermadzhab termasuk menggusur makam Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabat.
Di masa itu, tersiar kabar bahwa sejak Raja Ibn Saud berkuasa, banyak ulama yang eksodus dari Tanah Haram lalu menetap di Haramain (Yaman)—oleh sebab ancaman otoritas Saudi yang melarang kebebasan bermadzhab. Sebelumnya, tanah Hijaz merupakan sentrum pengetahuan Islam dengan kebebasan bermadzhab.
Pada aspek kemanusiaan, KH. Mahfudz Siddiq-- atas persetujuan Rais Akbar NU, Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari, pernah mengobarkan empati untuk Palestina yang disertai dengan gema Qunut Nazilah dan penggalangan dana.
Aksi solidaritas pada tahun 1938, itu dilakukan lantaran zionis Yahudi kembali menyerang Palestina setelah dua puluh tahun Deklarasi Balfour.
Atas aksinya itu, KH. Mahfudz Siddiq sempat ditekan otoritas Hindia Belanda, namun tak menggoyahkan sikapnya.
Dalam konteks kebangsaan, NU terlibat aktif memperjuangkan kemerdekaan dan mempertahankan kedaulatan republik.
Melalui Resolusi Jihad 1945 yang dinisbatkan sebagai perang suci umat muslim di Indonesia melawan kolonialisme yang memulihkan semangat juang saat berada dalam situasi genting yaitu kembalinya Belanda ke Indonesia—memboncengi tentara sekutu, setelah Jepang menyatakan kalah dalam Perang Pasifik.
Resolusi Jihad itu pula yang menyalakan perjuangan arek-arek Surabaya melawan tentara Sekutu, dalam pertempuran terbesar dan terbuka pada 10 November 1945.