Idulfitri Momentum Sucikan Diri Dari Radikalisme
Dia optimistis Indonesia akan kukuh dari berbagai gangguan bila Islam dan Pancasila semakin mengakar kuat.
"Idulfitri itu saling memaafkan dan menjalin silaturahmi. Jadi, ini momentum untuk mengejawantahkan nilai dari Islam dan Pancasila itu sendiri," imbuh Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah ini.
Dia menilai, Islam dan Pancasila adalah sesuatu yang kompatibel. Islam adalah ajaran universal, sedangkan Pancasila adalah kearifan lokal.
Islam tidak mengatur A-Z. Akan tetapi, Islam mengatur cover-nya atau dasarnya. Sedangkan aksesoris dan keindahannya diserahkan oleh kearifan lokal yaitu Pancasila sebagai ideologi bangsa.
"Islam dan Pancasila seperti mata uang tapi memiliki sisi yang berbeda. Keduanya berfungsi karena apabila salah satu sisinya hilang, maka uang tersebut tidak dapat dipergunakan. Jadi, sisi tersebut bisa saling melengkapi dan menyempurnakan," terang mantan Wakil Menteri Agama RI ini.
Salah satu hasil kolaborasi Islam dan Pancasila itu adalah toleransi. Kiai Nasarudin memaparkan bahwa toleransi itu membutuhkan kelapangan dada dalam memahami perbedaan.
Dia optimistis Indonesia akan makin besar bila memiliki nilai-nilai tersebut.
"Untuk membuat orang lain baik kita harus memulai dari diri kita dulu. Di ibaratkan seperti guru. Seorang guru tidak akan bisa memintarkan anak didiknya apabila dirinya sendiri belum menjadi manusia yang pintar. Jadi marilah kita jadikan Idulfitri tahun ini sebagai momentum untuk memperbaiki diri dalam menghadapi paham-paham kekekerasan dengan nilai-nilai kesucian yang diajarkan Islam," pungkas Kiai Nasarudin. (jos/jpnn)