Ikon-Ikon Seni Jogja setelah sang Maestro Berpulang (3-Habis)
Di Tangan Pesulap, Warisan Itu Hidupi 100 KaryawanSabtu, 31 Januari 2009 – 06:21 WIB
Sang ayah, Saptohoedojo, yang meninggal pada 2003 adalah seorang seniman serbabisa. Dilahirkan di Solo pada 6 Februari 1925, Sapto adalah sedikit seniman yang mempunyai latar belakang pendidikan akademis di luar negeri: Academy of Art di London, Inggris.
Sebagai seorang yang piawai di bidang seni lukis, patung, desain, kolase, serta batik, Sapto dikenal sangat suka membagi ilmu. Bersama ibu Sekarlangit, Yani Saptohoedojo, Sapto membina ratusan perajin batik yang tersebar di Jogja dan Jawa Tengah. Dia juga memprakarsai Desa Kasongan (Jogja) sebagai sentra kerajinan industri (gerabah) yang hingga kini menjadi objek wisata menarik.
Sejak awal, Saptohoedojo yang pada 1987 meraih penghargaan Academician of Merit tidak membuat SHAG sebagai galeri yang hanya memajang karya-karyanya semata. Dia juga mengembangkan usaha batik tulis yang eksis hingga kini. Batik yang dihasilkan menjadi salah satu daya tarik jualan di galeri.