Impor Buah dan Sayur Menggila
JAKARTA--Kalangan akademisi mulai gerah melihat perkembangan impor hortikultura Indonesia. Institut Pertanian Bogor (IPB) misalnya, mencatat terjadi perubahan konsumsi masyarakat dan ikut mengubah tren impor Indonesia. Analisanya saat ini tren impor buah-buahan dan sayur-mayur mengalami peningkatan menyusul bahan karbohidrat seperti beras.
Rektor IPB Herry Suhardiyanto mengatakan, pihaknya tetap mengawal upaya pemerintah untuk menciptakan swasembada pangan. "Bahan pangan apapun. Tetapi pemerintah harus serius dan mengeluarkan kebijakan yang tepat," katanya disela Reuni Emas IPB di Jakarta kemarin.
Menurut Herry pemerintah harus menerapkan rencana pembangunan dengan landasan adin, berdaulat, dan kerakyatan. "Khususnya di sektor pertanian. Karena impian negara ini kembali swasembada pangan," katanya. Herry menuturkan kampus IPB sudah memulai riset-riset untuk memperbanyak produktivitas hasil tanam pangan di Indonesia.
Diantaranya adalah untuk padi dan kedelai, mereka sudah menciptakan banyak varietas unggul. Mulai dari varietas padi yang memiliki bulir gabah gemuk dan rimbun hingga kedelai yang banyak bijinya. Menurutnya kegiatan kampus paling banter sebatas pengembangan dan penelitian. Sedangkan untuk produksi massal harus didukung oleh kebijakan strategis pemerintah.
Khusus untuk buah dan sayuran, dia mengatakan terjadi tren perubahan konsumsi di masyarakat. Menurutnya saat ini sudah menjadi tren mengkonsumsi buah dan sayuran sebagai pengganti beras dan sejenisnya. Perubahan ini lantas disambut oleh negara-negara asing memasuk buah dan sayur ke Indonesia. "Saya tidak hafal nilainya. Tetapi analisisnya nilai impor buah dan sayur ke Indonesia trennya naik," ujarnya.
Menurutnya perilaku mengkonsumsi buah dan sayur ini baik. Tetapi jika yang dikonsumsi adalah hasil tanaman luar negeri, tentu merugikan petani Indonesia. Upaya ekstrem yang bisa mengatasi potensi kerugian petani buah dan sayur lokal adalah menyetop impor.
"Tetapi dalam waktu dekat ini tidak bisa dilakukan langkah sepert itu," katanya. Jika impor buah dan sayur distop sementara produksi lokal belum digenjot, justru menjadi bumerang. Dampaknya bisa membuat harga buah dan sayur melambung tinggi.
Untuk itu Herry mengatakan IPB terus mengembangkan varietas tanaman buah dan sayur unggulan. Dia mengakui saat ini jumlah lahan tanaman terus menyusut sedangkan konsumsi meningkat. "Jadi solusinya adalah menggenjot produktivitas di tengah lahan yang terbatas," katanya.
Dirjen Bina Upaya Kehutanan (BUK) Kementerian Kehutanan Bambang Hendroyono mengatakan, upaya menuju swasembada pangan harus terus didukung. "Butuh upaya konkrit," ujar pria yang juga menjadi ketua Himpunan Alumni IPB itu.
Bambang mengatakan seluruh alumni IPB dari berbagai bidang sudah siap membantu pemerintah mewujudkan swasembada pangan. Diancara upaya konkritnya adalah, menemukan daerah-daerah yang potensial untuk budidaya tanaman pangan tertentu. "Jadi kami alumni IPB siap turun gunung ke desa-desa menggenjot produksi tanaman pangan. Seperti padi dan kedelai," paparnya. (wan/agm)