In Memoriam Kantor Radio Pemberontakan Bung Tomo
Padahal Cagar Budaya
K'Tut Tantri perempuan Amerika kelahiran Inggris yang diangkat anak oleh Raja Bali. Dia "jang sering membantu kita dengan terdjemahan-terdjemahan dari siaran-siaran lisan dan tulisan kita ke dalam bahasa Inggris," ungkap Roeslan Abdulgani, 26 Mei 1964.
Penting dicatat, dari rumah di Jalan Mawar inilah Bung Tomo membakar semangat arek-arek Suroboyo dengan pidatonya yang melegenda itu--hingga meletus pertempuran 10 November.
Nah, rumah yang ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya melalui SK Wali Kota 188.45/004/402.1.04/1998 tersebut, sebetulnya nyaris hancur kena bom tentara Sekutu saat pertempuran 1945.
K'Tut Tantri bercerita, setelah Bung Tomo hijrah ke Malang menyiapkan lagi pemancar Radio Pemberontakan di sana, dirinya dan dua orang pegawai menetap di Jalan Mawar. Yakni, satu orang Arab dan seorang lagi India.
"Bom pertama mulai djatuh di sekitar kami," kenang Tantri. "Penjiar kami orang India sedang ke belakang untuk buang air. Petjahan mortir mengenainja, dan menemui adjalnja seketika."
Karena letaknya yang tersembunyi ketika itu, bangunan bersejarah seluasnya lebih kurang 2.000 meter persegi tersebut selamat dari bombardir tentara Sekutu.
Tapi, kini…di alam Indonesia merdeka, ahli waris membaginya jadi dua. Nomor 10 di sisi Utara dan rumah nomor 12 di sisi Selatan. Keduanya telah dibeli oleh pihak yang berbeda.