Indonesia Butuh Perbaikan Iklim dan Insentif
Sektor Riil Masih StabilJumat, 10 Oktober 2008 – 09:31 WIB
![Indonesia Butuh Perbaikan Iklim dan Insentif Indonesia Butuh Perbaikan Iklim dan Insentif - JPNN.COM](https://image.jpnn.com/resize/570x380-80/uploads/berita/dir10102008/img1010200880501.jpg)
KRISIS GLOBAL: Deputi gubernur BI senior Miranda Gultom, Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Darmin Nasution, dan Menkeu Sri Mulyani saat memberi keterangan pers di gedung Depkeu, Kamis (9/10). Konpres mengenai dampak krisis global terhadap perekonomian Nasional. Foto; AGUS WAHYUDI / JAWA POS
Meski begitu, dia masih melihat optimisme di industri pembiayaan. Syaratnya, tidak terjadi pengetatan likuiditas perbankan. Karena itu, Wiwie menyesalkan keputusan bank sentral yang menaikkan BI rate menjadi 9,5 persen. Akibat kenaikan itu plus pengetatan likuiditas perbankan, dia memperkirakan omzet pembiayaan bisa turun 15-20 persen setiap bulan. ''Tapi, sampai sekarang belum ada penurunan signifikan. Per bulan rata-rata Rp 10 triliun-Rp 15 triliun,'' ucapnya.
Di industri properti, Wakil Ketua Umum Real Estate Indonesia (REI) Djoko Slamet Utomo mengungkapkan, pihaknya justru berharap mendapat limpahan dari gonjang-ganjing industri keuangan. Pihaknya yakin properti tetap menjadi aset investasi yang menarik ketika sektor finansial runtuh. ''Ini kan ada barangnya. Asal ada uang, beli saja. Tidak akan hilang kok,'' tegasnya.
Mengenai dampak krisis AS terhadap pembangunan proyek-proyek properti, Djoko menilai hingga kini masih mudah mendapatkan pinjaman. Menurut dia, struktur pembiayaan properti sekarang berbeda dari 1998-an. Saat itu, pengembang memang banyak melakukan pinjaman ke bank untuk membangun properti.