Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Indonesia Tahun 2021: Peluang Untuk Sukses Ada, Jangan Kita Sia-siakan

Oleh: Susilo Bambang Yudhoyono (Presiden Ke-6 RI)

Jumat, 08 Januari 2021 – 11:40 WIB
Indonesia Tahun 2021: Peluang Untuk Sukses Ada, Jangan Kita Sia-siakan - JPNN.COM
Presiden Ke-RI Susilo Bambang Yudhoyono yang akrab disapa 'Pak SBY'. Foto: Ricardo/JPNN.com

Pemerintah harus sangat disiplin dan harus berani menunda proyek dan pengadaan strategis yang masih bisa ditunda. Jangan karena Perppu (kemudian menjadi undang-undang) yang memberikan extra power kepada pemerintah, termasuk tak dibatasinya angka defisit anggaran, lantas tak pandai menentukan berapa besar defisit yang aman dalam APBN.

Di tahun 1960-an dulu, ekonomi kita jatuh pada titik terendah. Mengapa? Karena pemerintah tak pandai mengontrol pembelanjaan yang kelewat tinggi. Seperti pepatah “besar pasak daripada tiang”. Meskipun waktu itu cara menutup defisit selain menambah utang juga dilakukan pencetakan uang dalam jumlah yang besar, ekonomi Indonesia tak dapat diselamatkan.

Singkat kata, sejalan dengan suksesnya penanganan Covid-19 (dengan asumsi vaksinasi berhasil baik) akan terbuka jalan untuk menggerakkan kembali perekonomian kita. Imperatifnya, pemerintah harus disiplin dan tepat dalam mengatur keuangan negara. Juga harus bisa mengendalikan utang, agar ekonomi kita di tahun-tahun mendatang dapat diselamatkan. Pemimpin dan pemerintahan yang bijaksana tentu tidak akan mewariskan masalah dan beban yang sangat berlebihan kepada pemerintahan-pemerintahan berikutnya.

Mencegah Terbelahnya Masyarakat Indonesia Secara Permanen

Saya ingin menggunakan kesempatan yang baik, di awal tahun 2021 ini, untuk menyampaikan apa yang saya pikirkan dan rasakan. Terus terang, ada kekhawatiran saya yang mendalam menyangkut kehidupan bermasyarakat dan berbangsa akhir-akhir ini. Khususnya berkaitan dengan kerukunan masyarakat atau harmoni sosial yang menurut saya terasa retak dan jauh dari semangat persaudaraan kita sebagai bangsa.

Dengan tekun saya amati apa yang terjadi di negeri kita 3-4 tahun terakhir ini. Bermula dari dinamika politik pada Pilkada Jakarta tahun 2017, sepertinya dalam kehidupan masyarakat kita terbangun jarak dan pemisah yang semestinya tak terjadi. Terbangun polarisasi yang tajam di antara kita, baik karena faktor identitas, politik maupun ideologi. Sepertinya masyarakat kita harus dibelah dua ~ kita dan mereka. Bahkan, “kita lawan mereka”.

Sebagian dari kita menganggap mereka yang tidak sama identitasnya (agama misalnya), partai politiknya dan juga garis ideologinya adalah lawan. Untuk bicara pun merasa tidak nyaman. Garis permusuhan ini bahkan menembus lingkaran persahabatan yang sudah terbangun lama, bahkan lingkaran-lingkaran keluarga. Saya sungguh prihatin jika lingkaran tentara dan polisi yang seharusnya menjadi contoh dalam persatuan dan persaudaraan kita sebagai bangsa juga tak bebas dari hawa permusuhan ini.

Keadaan ini sungguh menyedihkan dan sekaligus membahayakan masa depan bangsa kita.

Peluang ke arah keberhasilan (sukses), bisa kita kaitkan secara langsung dengan apa tantangan dan permasalahan yang kita hadapi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close