Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Indonesia Vs Thailand di Mata Cak Abror

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Rabu, 29 Desember 2021 – 16:50 WIB
Indonesia Vs Thailand di Mata Cak Abror - JPNN.COM
Dhimam Abror Djuraid. Foto: Ricardo/JPNN.com

Sepak bola Eropa sudah berhasil menyelesaikan ekstremisme Hooligan yang nyaris menghancurkan industri sepak bola. Di Indonesia perseteruan antarsuporter masih belum bisa dituntaskan, meskipun berbagai upaya seremonial sudah dilakukan.

Derbi Jawa Timur antara Persebaya Surabaya melawan Arema Malang akan menjadi derbi terbesar di Asia. Demikian pula derbi antara Persib Bandung melawan Persija Jakarta. Sayangnya, sampai sekarang belum ketemu formula yang tepat supaya dua derbi raksasa itu bisa dihadiri suporter dengan aman dan nyaman.

Fanatisme yang begitu ekstrem belum bisa ditransformasikan menjadi potensi positif yang bisa menjadi daya tarik sepak bola Indonesia. Setiap kali ada derbi Jatim, orang akan takut menaiki kendaraan berpelat nomor L atau N, karena risiko kaca hancur diserang suporter yang kalah.

Persoalan yang sudah berlangsung puluhan tahun ini tidak bisa diselesaikan secara tuntas sampai sekarang.

Sepak bola memang kompleks. Ada pertarungan, rivalitas, dan kekerasan. Namun, di balik itu ada persahabatan dan respek. Sepak bola sudah menjadi sebuah industri besar yang seharusnya bisa memberi efek ekonomi dan sosial yang positif. Dan, yang tidak kalah penting, sepak bola menjadi instrumen strategis untuk menggalang nasionalisme.

Sepak bola bisa menjadi sublimasi untuk melupakan berbagai persoalan nasional. Sebuah kemenangan dalam kejuaraan regional akan menjadi denominasi yang mengikat seluruh bangsa dalam kebersamaan.

Dari ujung timur Papua sampai ke pucuk barat Aceh, orang-orang disatukan oleh imajinasi yang sama sebagai bangsa pemenang.

Rasa kebersamaan itulah yang menyatukan ratusan suku yang berbeda-beda ke dalam komunitas yang disebut ‘’Indonesia’’. Komunitas itu tidak riil, tidak nyata, dan hanya ada di dalam bayang-bayang saja. Ben Anderson menyebutnya sebagai komunitas bayangan atau ‘’imagined community’’.

Lupakan cabai keriting, kasus korupsi, dan indeks demokrasi karena ada Indonesia Vs Thailand.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close