Industri Jamu Bersiap Diri untuk MEA
jpnn.com - SURABAYA - Industri jamu Indonesia tidak gentar menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015. Sebagai negara yang memiliki kekayaan alam yang sangat beragam, Indonesia punya potensi dalam industri minuman herbal.
"MEA tidak masalah karena saat ini sudah banyak produk kita yang mampu bersaing dengan produk dari luar negeri. Apalagi Indonesia adalah negara terbesar kedua penghasil tanaman obat. Jadi tidak perlu ragu," kata Direktur PT Jamu Iboe Jaya Stephen Walla.
Sikap percaya diri ini didukung oleh program CPOTB (Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik) dari pemerintah. Program yang mendukung standardisasi produk herbal ini akan meningkatkan daya saing industri jamu dalam negeri dengan industri serupa dari luar negeri.
"Justru dengan MEA ini akan lebih besar kesempatan untuk memperbesar pasar ekspor kita," lanjutnya.
Namun, Stephen mengakui, tidak semua produsen jamu di Indonesia siap menghadapi pasar bebas MEA. Masih ada sebagian produsen yang belum siap baik secara kualitas maupun kuantitas produk. Selain itu juga terhambat faktor belum tersertifikasi CPOTB.
Soal tenaga kerja, Stephen mengatakan, ada kemungkinan industri jamu dalam negeri akan mempekerjakan warga asing. Misalnya untuk pengolahan, serta penelitian dan pengembangan. Contohnya mengombinasikan tanaman obat Indonesia dengan tanaman obat luar.
Selain itu tenaga kerja asing juga dibutuhkan untuk menangani pasar ekspor, karena warga asing terkadang lebih tahu tentang pasar, kebiasaan dan budaya konsumen di luar negeri.
Beberapa strategi yang dilakukan untuk lebih memasarkan jamu misalnya dengan membidik generasi muda untuk meminum jamu. Hal ini dilakukan misalnya dengan memproduksi jamu yang dekat dengan gaya hidup anak muda, namun esensi herbal dari jamu itu sendiri tidak hilang.