Ingin ke AS untuk Membuatkan Baju Michelle Obama
Gambar Rafi berubah setelah menonton film Ariel, The Litte Mermaid. Di usianya yang masih 4 tahun saat itu, Rafi merasa Ariel tidak memakai baju yang pantas karena dianggap terlalu terbuka. Karena bingung cara menjelaskan bahwa (film) itu hanya dongeng, Shinta akhirnya meminta Rafi membuatkan baju yang pantas untuk si putri duyung.
"Sejak itu, kalau dia gambar Ariel, sebelahnya selalu udah ada bajunya. Ariel pakai coat, pakai gaun, macam-macam,” jelas sang ibu.
Tanda-tanda bakat Rafi tak berhenti di situ. Setiap pergi ke toko buku, Rafi selalu menghampiri rak majalah. Secara visual, majalah memunculkan lebih banyak warna. Itulah yang membuatnya tertarik mengambil majalah-majalah fashion yang kemudian menjadi referensinya saat membuatkan baju buat Ariel.
Tahu bakat Rafi menggambar, Shinta lalu mencarikan guru gambar khusus. Tapi, tak seorang guru pun yang mau melatih bocah itu. Alasan mereka, Rafi tidak bisa mendengar dan sulit berbicara sehingga transfer ilmu akan sulit dilakukan.
"Saya sedih bukan main. Anak tunarungu dianggap enggak bisa apa-apa," tutur perempuan berjilbab itu.
Ketiadaan guru yang mau mengajar Rafi itu ternyata membawa hikmah tersendiri. Sebab, Rafi justru bisa belajar secara otodidak dan alami.
"Kalau kursus, mungkin Rafi tak bisa begitu berani bermain warna dan eksperimen model seperti koleksi rancangannya saat ini," tambah Shinta.
Pada usia kesembilan tahun, Rafi mulai diperkenalkan dengan dunia fashion oleh ibunya. Dia sering diajak melihat acara-acara fashion show. Terlebih setelah Rafi bertemu desainer terkemuka Barli Asmara. Dari perkenalan dan kunjungan ke tempat kerja Barli, Rafi jadi tahu bahwa gambar di kertas bisa diwujudkan menjadi baju yang dipakai.