Ini Alasan Pertamax Murah di Jabodetabek
Namun, dia mengaku masih belum yakin terhadap target pertamina untuk meningkatkan penjualan pertamax menjadi empat kali lipat. Sebab, masyarakat masih belum mempunyai kesadaran penuh terkait pentingnya kualitas bahan bakar. Apalagi, selisih di beberapa wilayah masih cukup besar.
"Dengan selisih Rp 4 ribu per liter, masyarakat tak akan punya pikiran untuk bergeser ke pertamax. Dengan selisih Rp 1.500 per liter, masyarakat tentu mulai mempunyai pemikiran itu. Tapi, itu belum memastikan apakah mereka bakal melakukannya," imbuhnya.
Anggota Komite Bada Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Ibrahim Hasyim mengaku cukup optimis bahwa harga keekonomian BBM di Indonesia tak akan mengalami kenaikan yang tinggi. Hal tersebut seiring perkiraannya mengenai harga minyak dunia yang menjadi salah satu penentu harga keekonomian BBM.
"Pasar minyak mentah dunia sudah menemui keseimbangan yang baru. Negara Timur Tengah yang dulu bisa memainkan harga sekarang sudah mendapat penyeimbang. Yakni, Amerika Serikat (AS) yang saat ini menjadi penghasil migas dari sekedar importir. Jadi, kalaupun naik, tidak akan diluar batas kewajaran," lanjutnya.
Dia pun mendorong baik pertamina dan pemerintah untuk terus memperkecil selisih antara BBM bersubsidi dengan BBK. Menurutnya, selisih harga Rp 2 ribu per liter diakui sudah cukup efektif untuk menjaga kuota BBM dari jebol. Setidaknya, hal tersebut bakal membuat penyelundup BBM bersubsidi berpikir dua kali. (bil)