Ini Bahayanya Jika Gunakan Kawat Gigi Bukan Pada Ahlinya
Membuat kawat gigi di tempat yang semestinya atau pada seorang ortodontis tidak sesederhana membuat kawat gigi pada dokter gigi umum yang kebanyakan hanya mencetak gigi, kemudian mencabut beberapa dan memasang kawat.
Pada ortodontis, mereka yang akan memasang kawat gigi akan melalui beberapa tahap. Pertama, diawali dengan pemeriksaan secara visual. Struktur gigi pasien akan dilihat dengan mata telanjang untuk menentukan apakah penggunaan kawat memang diperlukan atau tidak. Jika iya, jenis kawat apa yang cocok.
Tahap selanjutnya adalah melakukan foto rontgen gigi untuk melihat struktur gigi di dalam gusi. ”Ini berfungsi melihat apakah ada gigi yang tersembunyi atau gagal keluar. Jika memang ada, ini harus diselesaikan terlebih dahulu, baru masuk ke tahap pemasangan kawat,” jelas Iin.
Setelah kelar, pasien yang bersangkutan akan difoto juga dengan menggunakan kamera biasa dalam berbagai pose. Misalnya, tampak depan dalam kondisi diam, tampak samping, foto ketika tersenyum, foto gigi pada rahang atas maupun bawah, sampai foto ketika menggigit. Foto-foto tersebut tidak hanya berfungsi sebagai dokumentasi dan pembanding ketika proses perawatan sudah selesai. Tetapi, juga digunakan untuk melihat apakah ada kesalahan struktural pada bentuk wajah yang diakibatkan oleh susunan gigi pasien.
Melihat rumitnya pemasangan kawat gigi membuktikan bahwa hal itu hanya bisa dan berhak dilakukan oleh dokter gigi yang menyandang spesialis ortodonti. Mereka harus menempuh pendidikan selama kurang lebih 3–5 tahun untuk mendapatkan gelar spesialisnya.
Sayangnya, kata Iin, saat ini semakin banyak dokter gigi umum yang mene rima pemasangan kawat gigi dengan harga yang relatif lebih murah. Padahal, di pendidikan S-1 dokter gigi, pelajaran menge nai kawat hanya diajari secara mendasar. Itu pun, mempelajari alat orto donti yang lepasan, bukan alat ortodonti cekat atau behel. ”Jadi, kebanyakan dokter umum yang menerima pemasangan kawat gigi itu hanya ikut seminar sehari tentang pemasangan kawat gigi. Pemberi seminarnya saja belum tentu seorang ortodontis,” ungkap Iin. (jp/pda)