Ini Peran Bea Cukai dalam Mendukung Kinerja APBN Tetap On Track hingga November 2024
Penerimaan tersebut terdiri dari:
- Bea masuk, dengan realisasi sebesar Rp 47,7 triliun atau 83,2 persen dari target, dengan pertumbuhan 4,0 persen (yoy). Peningkatan ini didorong oleh pertumbuhan nilai impor.
- Bea keluar, dengan realisasi sebesar Rp17,3 triliun atau 98,7 persen dari target, dengan pertumbuhan signifikan sebesar 47,9 persen (yoy). Pertumbuhan ini didukung kebijakan relaksasi ekspor mineral mentah dan penguatan harga minyak kelapa sawit (CPO) sejak Juni 2024.
- Cukai, dengan realisasi sebesar Rp192,7 triliun atau 78,3 persen dari target, dengan pertumbuhan 2,8 persen (yoy). Kinerja ini didorong kenaikan produksi hasil tembakau (HT) Golongan II dan III.
Selain penerimaan, Bea Cukai juga menunjukkan kinerja yang kuat dalam pengawasan dan fasilitasi hingga November 2024.
Di bidang pengawasan, penindakan oleh Bea Cukai telah mencapai 42.526 kasus dengan nilai potensi kerugian negara sebesar Rp 7,38 triliun.
Sementara kinerja fasilitasi telah diberikan melalui:
- Pemberian insentif kepabeanan mencapai Rp33,9 triliun atau tumbuh 18,7 persen (yoy). Peningkatan ini didukung oleh insentif untuk kawasan berikat, penanaman modal, serta kebutuhan pertahanan dan keamanan.
- Kontribusi ekspor dari kawasan berikat dan kemudahan impor tujuan ekspor (KITE) mencapai USD 85,7 miliar atau tumbuh 2,7 persen (yoy), dan berkontribusi sebesar 37,96 persen terhadap total ekspor nasional.