Ini Sederet Reputasi Branding yang Wajib Dijaga Kemenpar
Lalu penghargaan di level ASEAN, negara-negara Asia Tenggara di ASEANTA Award 2016 di Manila 22 Januari 2016. Indonesia memperoleh tiga penghargaan, pertama Best ASEAN Tourism Photo, melalui jepretan di objek wisata Bromo oleh Agung Parameswara.
Kedua, Best ASEAN Cultural Preservation Effort melalui “Saung Angklung Mang Udjo”. Ketiga Best ASEAN Travel Article, berjudul The Perfect Wave dari Majalah Colour Magazine milik Garuda Indonesia.
Masih ada lagi, World Halal Travel Award 2015, sebagai The World Best Halal Destination, Lombok. Lalu, World’s Best Halal Honeymoon Destination Lombok juga. Dan ketika, World Best Family Friendly Hotel, Sofyan Hotel Betawi, Jakarta.
“Terus terang, kami sebagai industri yang bergerak di bidang pariwisata, sangat diuntungkan dengan berbagai prestasi itu,” ungkap Didin.
Kelihatannya hanya sekedar award, hanya sebuah piala dan piagam penghargaan, tetapi itu memberi dampak psikologis yang kuat. “Betul, kalau Pak Menpar Arief Yahya sering menyebut, prestasi-prestasi ini memiliki kekuatan untuk menaikkan Convidence Level (kepercayaan diri),” lanjut dia.
Lebih lanjut Didin mengatakan, ketika mendengar kabar berbagai prestasi itu, GIPI langsung menggelar pertemuan, semua konsep yang dilakukan Kementerian Pariwisata (Kemenpar) langsung dieksekusi.
Strategi promosi yang digunakan Kemenpar, modal POSE – paid media, own media, social media, dan endorser media, tepat sasaran. “Brand Wonderful Indonesia pasti terus menanjak. Jika sekarang World Economic Forum (WEF) sudah mencatat kenaikan dari statu N.A. (Not Available), menjadi ranking 47 dunia, saya yakin ke depan akan semakin menanjak,” ungkap Didin.
Semua orang paham, lanjut Didin Djunaedy, brand itu punya nilai. Bisa dihitung value-nya. Bisa di-nilai, dan dibandingkan dengan brand lain. Wonderful Indonesia semakin mendunia, dan konkret mengalahkan Truli Asia-nya Malaysia di papan 96, maupun Amazing Thailand di posisi 83.