Inilah 6 Fakta Buang Air Besar dan Hubungannya dengan Kesehatan Tubuh
3. Feses bisa seperti pelangi
Apa yang Anda makan bisa mempengaruhi warna feses anda. Begitu pula kondisi kesehatan dan obat-obatan tertentu mempengaruhi warnanya. Hasil akhirnya bisa berwarna hijau, kuning pucat, abu-abu, hitam, atau merah marun. Feses berwarna hijau terang bisa menunjukkan transisi cepat dari usus di mana cairan empedu tak punya waktu untuk berubah menjadi coklat. Hal ini bisa terjadi jika Anda terkena diare, misalnya. Feses berwarna cokelat pucat atau kekuningan mungkin menunjukkan Anda memproduksi garam empedu terlalu sedikit. Feses berwarna putih keabuan atau kuning sangat pucat juga bisa menunjukkan masalah pada organ-organ dalam seperti hati.
4. Jika Feses anda merah, itu artinya peringatan keras
Yang paling penting, feses bisa memberitahu kita tentang kesehatan,apakah kita memiliki tumor usus atau tidak. Tumor usus sering mengandung darah sehingga Anda harus selalu berbicara dengan dokter jika Anda melihat darah setelah buang air besar – ditemukan baik di luar feses, di kertas toilet setelah Anda membersihkan anus atau di dalam closet.
5. Tapi tak semua feses dengan darah berarti kanker usus
Wasir, fisura anal, polip usus, tukak lambung dan berbagai penyakit pencernaan lainnya juga bisa menyebabkan perdarahan yang anda temukan di closet. Demikian juga, feses berwarna hitam, merah atau marun juga mungkin merupakan akibat dari konsumsi tablet zat besi atau sering menjejali tubuh anda dengan licorice (gula berwarna gelap) atau blueberry. Kadang-kadang, Anda bisa mengalami beberapa hal. Dokter Anda adalah orang yang tepat untuk ditemui.
6. Anda tak perlu buang air besar setiap hari
Pernahkah Anda punya saudara yang sudah tua yang suka berbicara tentang kebiasaan buang air besar mereka di pertemuan keluarga? Kemungkinannya satu, anda akan mendengar betapa pentingnya buang air besar setiap hari. Kenyataannya, perilaku usus sangat bervariasi dari satu orang ke orang lainnya dan bahkan bisa bervariasi dari satu hari ke hari berikutnya untuk satu orang yang sama. Menurut sebuah studi di Skandinavia tahun 2010, antara tiga kali sehari hingga tiga kali seminggu tampaknya menjadi frekuensi buang air besar yang 'normal'.