Inilah Enam Caleg DPR Terpilih di Dapil Neraka
Artinya, bagi seorang caleg selevel pejabat negara, jika tidak turun atau turun diujung pemilu maka resikonya tidak akan terpilih.
“Karena itu, ke depan, siapa pun yang jadi caleg, dia harus turun sejak awal agar dikenal masyarakat sehingga masyarakat merasakan jabatan yang mereka emban,” jelasnya.
Menurutnya, popularitas seorang caleg tidak menjamin elektabilitas para caleg petahana terpilih.
“Selama caleg tidak turun, masyarakat tidak mengenal mereka walaupun petahana,” ujarnya.
Dia menilai kegagalan Hanif dan Lukman karena pola kampanye mereka memakai cara lama.
Keduanya beranggapan pileg 2019 sama dengan pileg 2014 lalu sehingga mereka turun kampanye diujung pemilu. Permainan diujung inilah membuat mereka celaka sendiri sehingga tidak terpilih. Padahal model pemilu 2019 ini sangat berbeda.
Akhirnya yang lolos adalah caleg yang siap sekalipun mereka pendatang baru, namun menyiapkan diri jauh hari karena pemilu ini berat sekali.
“Caleg yang kampanyenya di ujung atau menjelang pemilu, mereka ini tidak siap menghadapi pileg. Biasanya petahana atau caleg baru yang lolos ke Senayan itu adalah mereka turun 3 tahun sebelumnya,” tuturnya.
Dia menjelaskan pendekatan pribadi dan turun langsung ke masyarakat harus dilakukan. Karena dengan sistem pemilu yang tertutup, membuat pileg kalah pamor dibandingkan pilpres dari segi pemberitaan.
Akibatnya, masyarakat tidak banyak mengenal nama caleg. Karena tidak kenal maka mereka tidak memiliki referensi sehingga banyak petahana yang gugur.