Inovasi Pelayanan Rumah Sakit Implementasi Revolusi Mental
jpnn.com, JAKARTA - Rumah sakit merupakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL). Dalam pelaksanaannya, rumah sakit diupayakan mengoptimalkan pelayanan kesehatan yang bermutu, responsif dan tidak diskriminatif kepada masyarakat. Hal tersebut mendorong menejemen rumah sakit untuk berinovasi terkait penyelenggaraan pelayanan fasilitas kesehatan.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Asisten Deputi Bidang Pelayanan Kesehatan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) Andi Rahmadi, dalam Pelatihan Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) di Rumah Sakit yang terselenggara selama tiga hari.
“Dengan internalisasi Revolusi Mental, peserta akan membawa perubahan yang lebih baik terkait pelaksanaan etika rumah sakit, pelayanan kesehatan dan keselamatan pasien sejalan dengan inovasi-inovasi yang sudah ada di rumah sakit, tinggal nanti perlu dijalankan sistem monitoring dan evaluasinya,” ujar Andi di Jakarta, Jumat (2/11)
Adi Fraditha salah satu peserta dari RSUD Doris Sylvanus Provinsi Kalimantan Tengah, juga ikut menegaskan jika perubahan dan komitmen pada nilai integritas, etos kerja dan gotong royong harus dijalankan sebagai inovasi dalam pelaksanaan pelayanan kesehatan, sehingga tercapai pelayanan prima, yang berarti cepat, tepat dan bersahabat.
Seusai pelatihan, para peserta yang mewakili provinsi-provinsi berbeda itu menyempatkan diri untuk berdiskusi terkait inovasi-inovasi yang sudah dijalankan. Ikhwan Hamzah sebagai perwakilan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Moewardi Jawa Tengah dalam pelatihan tersebut, menyampaikan jika di tempatnya sudah ada bentuk pelayanan yang sesuai dengan Revolusi Mental.
Seperti pelayan Instalasi Gawat Darurat (IGD) yang cepat tanpa diskrimantif dan pelayanan antrian operasi elektif yang bisa menunggu di rumah dan juga keberadaan jalur cepat (Fast track) bagi pasien disabilitas, anak-anak, ibu hamil dan orang tua.
“Sebenarnya dalam kegiatan pelayan kami di rumah sakit sudah banyak yang sesuai dengan revolusi mental,” tutur Ikhwan.
Hal senada diungkapkan pula oleh Ni Ketut Sri Handayani, yang berasal dari RSUD Tabanan Bali menginformasikan, bahwa di tempatnya mengabdi terdapat program berupa pengantaran obat gratis dengan jangkauan radius 35 Kilometer, "Program tersebut merupakan inisiatif supaya memangkas padatnya antrian di depan loket dan juga sebagai jawaban atas keluhan masyarakat terkait lamanya peracikan obat," ungkapnya.