Insya Allah, They Will Be On Fire pada Hari Kemerdekaan Kita
jpnn.com - RIO DE JANEIRO - Medali emas Rio 2016. Buat Indonesia, penghargaan tertinggi untuk para atlet terbaik di ajang olimpiade musim panas ke XXXI itu sudah di depan mata. Namun awas, semua bisa sirna.
Ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir menjadi satu-satunya harapan Indonesia meraih sekeping emas di Olimpiade Rio 2016. Di babak semifinal, Selasa (16/8) pagi WIB, Owi/Butet, panggilan mereka, sukses menyingkirkan ganda terbaik dunia saat ini Zhang Nan/Zhao Yunlei (China).
Untuk mencium atau menggigit medali emas, Owi dan Butet harus mengalahkan pasangan Malaysia Chan Peng Soon/Goh Liu Ying di partai puncak.
“Setelah ini kami akan melakukan evaluasi dan mempelajari permainan lawan. Di Olimpiade ini apapun bisa terjadi. Kita biasanya waspada sama top rangking, tapi malah tidak waspada sama pemain yang tiba-tiba muncul. Jadi kami harus waspada dan jangan lengah. Kasih penampilan yang terbaik. Jangan takabur dan tetap fokus. Siapa yang lebih siap itu yang menang. Tinggal adu mental aja,” ungkap Butet, seperti dikutip dari situs resmi PBSI, Badminton Indonesia.
Butet mengaku senang bisa ke final, namun tak ingin terlarut dalam euforia kemenangan semifinal. Tontowi/Liliyana ingin tetap fokus dan bersiap menjalani laga terakhirnya di Olimpiade Rio 2016.
“Malaysia juga bagus mainnya, bisa mengalahkan Xu Chen/Ma Jin (China). Meskipun rekor pertemuan kami lebih baik, kami harus tetap fokus dan tidak boleh lengah. Mudah-mudahan kami bisa main lebih baik dari hari ini dan menuntaskan semuanya dengan baik,” katanya.
Sebelumnya, Tontowi/Liliyana dan Chan/Goh pernah sembilan kali berhadapan sebelumnya. Skor pertemuan mereka 8-1 untuk pasangan Indonesia.
Pertemuan terakhir terjadi di babak penyisihan Grup C Olimpiade Rio 2016 lalu. Saat itu Tontowi/Liliyana menang dua game langsung dengan 21-15 dan 21-11.