Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Ivan Mbatik Habibie, Ayung Pilih 'Enak Jamanku To'

Sabtu, 09 Agustus 2014 – 08:43 WIB
Ivan Mbatik Habibie, Ayung Pilih 'Enak Jamanku To' - JPNN.COM
PROYEK ISTANA: Ivan Hariyanto di depan lukisan B.J. Habibie yang sudah jadi. Foto: Robby L for Jawa Pos

Yang disyaratkan Setneg adalah lukisan yang konsepnya seperti lembaran mata uang. Foto utamanya sosok presiden yang bergaya realisme fotografi. Artinya, ya persis plek dengan foto. Soal itu, Ivan tidak kesulitan. Realisme memang dia lakoni sejak lama.

Karena itu, Presiden B.J. Habibie pun hadir bak potret. Ketelitian Ivan ’’mbatik’’ (istilah untuk mengejar detail-detail kecil) diuji. Drapery (lekuk-lekuk kain) jas Habibie muncul. Kerut-kerut di wajah terlihat. Bahkan, pori-pori serta urat di tangan pun tidak ketinggalan. Seperti foto yang dicetak dengan cat minyak pada kanvas.

Sosok realis itu lantas ditunjang dengan gambar-gambar impresionis tentang karakter presiden pada lukisan tersebut. Soal itu, Setneg membantu pelukis agar bisa mencitrakan para presiden itu secara pas. Gambar impresionis itu harus dituangkan secara monokrom. Yakni, menggunakan satu warna beserta gradasi-gradasi dekatnya. Persis dengan warna sephia.

Habibie sendiri dicitrakan sebagai presiden dengan sejumlah prasasti besar. Antara lain, kemerdekaan pers, penegakan hukum, dan kemajuan teknologi. Oleh Ivan, itu diuangkan lewat gambar Jembatan Barelang, hanggar pesawat N-250, dan CN-135 yang mengangkasa. Selain itu, terdapat lukisan-lukisan koran yang digambarnya secara sangat realis.

’’Aku itu tidak bisa menggambar kalau tidak persis,’’ ujar sulung tujuh bersaudara itu.

Maka, gambar yang seharusnya ’’sekadar’’ impresionis terkesan jadi realis. Meskipun, warnanya monokromatik sehingga berkesan surealis. Pulau dilukis tidak hanya sebagai gumpalan hitam di cakrawala. Tapi, bentuk-bentuk pohonnya –juga ilalang– pun terlihat. Begitu pula, gambar hanggar yang begitu detail, lengkap dengan sejumlah teknisinya yang sedang wira-wiri.

’’Wah, nggambar hanggar ini mati rasane,’’ ujar dosen luar biasa di Institut Teknologi 10 Nopember (ITS) Surabaya itu lantas tertawa.

Karena itu, Ivan berani bilang bahwa karyanya sudah melampaui syarat-syarat teknis yang sudah ditetapkan panitia proyek. ’’Alhamdulillah, saya merasa terhormat jadi pelukis istana,’’ ujarnya.

Semua berawal tatkala Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bertandang ke Istana Kepresidenan Jogjakarta. Di istana yang juga disebut Gedung Agung itu tersimpan aneka karya seniman-seniman top tanah air.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News