Iwan Gabung Maute Melawan Tentara Filipina, Ayahnya Menangis
Amirwan Yasni menambahkan, usai tamat sekolah Iwan sempat menetap di kampung halaman. Layaknya pemuda pada umumnya, dia menekuni usaha beternak ikan keramba jaring apung (KJA) di Danau Maninjau.
Setelah itu, Iwan meminta izin orangtuanya untuk berdagang buah di Kota Bukittinggi. Sebulan kemudian, usahanya ini berkembang. Setelah memiliki modal yang cukup, Iwan lalu meminta izin untuk merantau ke Pulau Jawa.
“Sampai di Bogor, Iwan mengabarkan dirinya berjualan susu murni. Bisnisnya terbilang sukses. Dalam tempo dua jam, dagangannya dapat menghasilkan uang Rp 60.000. Begitu cerita Iwan yang terakhir kali kami dengar,” sebut Amirwan.
Iwan diketahui berangkat ke Filipina pada akhir Maret lalu. Pemuda kelahiran Palembayan, 1 November 1991 itu juga sempat meminta dibuatkan surat pengantar pengurusan Kartu Tanda Penduduk kepada Amirwan.
“Empat bulan lalu dia minta dibuatkan KTP. Saya yang membuatkan surat pengantarnya waktu itu. Setahu saya, dia baru meninggalkan kampung ini dua bulan lalu. Selama bergaul di sini dia anaknya baik, rajin beribadah, patuh pada orangtua dan ramah. Ketemu di jalan dia selalu menyapa. Karena itu, saya heran mengapa bisa dia dikatakan terlibat teroris. Sempat terpikir apakah dia dijebak atau apa sebabnya,” tutur Amirwan.
Ditanyakan mengenai pergaulan Iwan, Amirwan memastikan tidak pernah melihat ada rombongan atau orang asing yang menemui Iwan di kampung.
Pasalnya, warga Jorong Batunanggai umumnya bersaudara karib kerabat. Kedatangan wajah asing, sangat mudah dikenali di kampung itu.
“Maramang bulu tangan ambo mandanga kaba ko pak (merinding bulu saya mendengar kabar ini pak), rasa bermimpi di siang bolong. Tidak percaya, kaget saya pak,” ujarnya.