Izinkan Militernya Gelar Operasi Bersenjata di Negara Lain, Tiongkok Dikhawatirkan Ikuti Pola Rusia
"Saya kira hal ini hanya salinan dari istilah 'operasi khusus' Putin," kata Dr Eugene Kuo Yujen, seorang analis di Institut Penelitian Kebijakan Nasional Taiwan.
"Setelah apa yang terjadi di Ukraina, ini mengirimkan sinyal yang sangat mengancam ke Taiwan, Jepang dan negara-negara sekitarnya di Laut Tiongkok Selatan," katanya.
"Xi Jinping sedang mencoba meningkatkan aktivitas zona abu-abu Tiongkok," kata Dr Kuo, merujuk pada tindakan yang merugikan negara lain tapi tidak termasuk dalam definisi perang.
Wu Qiang, seorang analis independen di Beijing yang sebelumnya mengajar di universitas terkemuka Tiongkok, Tingha, sebelum diberhentikan karena alasan politik, juga melihat persamaan dengan bahasa yang digunakan Putin dan klaim teritorialnya atas Ukraina.
"Cara Beijing melihatnya, misi masa depan untuk menyatukan Taiwan hanya akan menjadi kelanjutan dari perang saudara yang belum selesai pada tahun 1949," katanya kepada ABC.
"Jadi semua ini terkait dengan upaya mendefinisikan intervensi militer masa depan di Taiwan sebagai operasi 'non-perang'," ujar Wu Qiang.
Dr Kuo menilai pengumuman tentang pedoman tersebut sebagian bertujuan untuk mengatasi pertikaian politik di dalam militer menjelang perombakan besar-besaran kepemimpinan Partai Komunis akhir tahun ini.
Namun dia menambahkan, hal ini juga terkait dengan Pakta Keamanan Tiongkok dengan Kepulauan Solomon dan upaya Menlu Wang Yi yang gagal meyakinkan negara-negara Pasifik Selatan lainnya untuk menandatangani perjanjian serupa.