Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Jalan Keluar Lesunya Produktivitas Pertanian Akar Wangi

Oleh: Virdika Rizky Utama, Peneliti di PARA Syndicate

Rabu, 16 Juni 2021 – 11:50 WIB
Jalan Keluar Lesunya Produktivitas Pertanian Akar Wangi - JPNN.COM
Buku berjudul Konservasi Tanaman Akar Wangi, karya Sabarman Darmanik. Buku merupakan disertasi yang diterbitkan oleh IPB UNIVERSITY dan NCBI (Nation and Character Building Institute), April 2021. Foto: Dok. NCBI

Ketika musim panen tiba, akar wangi dan tanaman tumpang sari yang semula menjadi penahan lereng dicabut. Sehingga terjadi kekosongan vegetasi dan tanah tergerus, serta mengurangi kesuburannya. Pola demikian terus dilestarikan dan dilakukan secara turun-temurun.

Damanik dalam bukunya membandingkan 3 (tiga) jenis pola usaha tani, yaitu tradisional, konservasi, dan introduksi. Dengan menitikberatkan pada aspek kelayakannya dengan kriteria rendahnya tingkat erosi, produktivitas tinggi, tingkat serangan hama dan penyakit rendah, proses panen bertahap untuk menahan vegetasi penutup tanah, rendemen dan kualitas akar wangi yang baik untuk ekspor dan impor. (hlm. 68).

Merujuk pada kriteria pertama yaitu rendahnya. Pola konservasi mencatat tingkat bahaya erosi (TBE) rendah, dengan mencatat angka 17 ton/ha/thn dengan rata-rata 2.96 ton/ha/bulan.

Berbanding terbalik dengan pola tradisional dengan TBE paling tinggi sebesar 26.2 ton/ha/thn, sehingga rata-rata per bulannya adalah 4.36 ton/ha. Sedangkan pola introduksi berada di tengah keduanya dengan TBE sedang mencatat angka erosi 19.40 ton/ha/thn, dan rata-rata bulananya 3.23/ha.

Kriteria kedua produktivitas hasil pertanian, pola introduksi justru mencatat angka paling rendah. Pola tersebut menghasilkan akar wangi sebanyak 12.900 kg/ha/thn.

Menurut Damanik dalam bukunya hal ini disebabkan bibit yang digunakan berbeda dari dua pola lainnya.

Varietas Manoko/Lembang yang ditanam belum mampu beradaptasi dengan baik. Namun jika dilakukan penelitian lebih lanjut varietas tersebut dapat lebih tinggi tingkat produktivitasnya.

Tingkat produktivitas tinggi masih dipegang oleh pola konservasi sebesar 18.4 ton/ha/thn. Serta pola tradisional dengan 14.7 ton/ha/thn. Keduanya mampu menghasilkan produktivitas tinggi, karena bibit yang digunakan sudah beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan sekitar. Data produktivitas hasil pertanian ini belum termasuk tanaman lorong serta tumpang sari. Seperti pisang, kentang, dan tembakau yang biasa ditanam bersamaan dengan akar wangi.

Di Indonesia akar wangi dikenal sebagai salah satu komoditas andalan. Dimulai dari proses ekspor tanaman ini pada tahun 1918.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close