Jawa-Non Jawa, Jalan Panjang
Senin, 02 Maret 2009 – 07:06 WIB
Untunglah, masih ada Melting Pot versi ethnic synthesis. He-he-he, sepertinya masyarakat dianggap benih yang bisa direkayasa secara teknologi. Kita pun teringat kepada karet sintetis, rekyasa dari karet alam, walau bandingan ini tak persis 100%.
Maksudnya, keragaman yang ada di sebuah bangsa membentuk melting pot baru dengan memetik sebagian unsur kultural dari masing-masing identitas yang ada. Lalu, muncullah identitas baru. Bentuknya, rada sinkretis secara ekstrim, tapi boleh juga sejenis hibrida, tapi tidak hanya dua unsur tapi banyak unsur sebagai representasi keragaman bangsa tersebut.
Namun melting pot berupa kebudayaan multukulturalistis, barangkali, lebih cocok dengan Indonesia. Teori ini menggambarkan bahwa heterogenitas yang ada tak menghalangi pihak manapun untuk mengungkapkan identitasnya, termasuk di pentas politik, tak terkecuali dalam menjagokan calon persiden.