Jemaah Laduni Disyahadatkan
Rabu, 05 September 2012 – 12:45 WIB
Meski demikian, para pimpinan pasantren maupun beberapa santri pasantren tidak bisa menerimanya. Menurut mereka, secara logika, jika memang lambang itu salah semua, mengapa masih tetap digunakan. Lalu, kenapa tidak dirancang atau dibuat ulang. Jadi, penjelasan ketua kelompok Laduni dianggap murni sebuah kedok untuk menutupi kesalahan dari kesalahan para pengikutnya, seperti pengakuan Bahktiar dalam pertemuan awal di messjid Al-Hidayah Desa Beureugang, Kecamatan Kaway XVI, beberapa waktu lalu.
Selain itu, ketua pimpinan Laduni juga membantah, jika dirinya pernah menyampaikan tentang tidak wajibnya sholat jum’at, sholat wajib hanya tiga waktu, dan beberapa hal lainnya. Sehingga, penuturan Bakhtiar beberapa waktu lalu, dihadapan ketua MPU Kaway XVI, Tgk. Sayuthi Su’id, WH dan beberapa umat muslim lainnya, tidak berdasarkan apa yang dia ajarkan. “Bakhtiar tidak sehat saat menuturkan hal itu,” katanya.
Sejumlah ulama di Aceh Barat sangat menyayangkan kesalahan pemahaman dalam mengkaji islam ini, sehingga dapat terbentuk aliran Laduni di Aceh Barat. Keberadaan aliran ini tercipta akibat kurangnya pemahaman ilmu agama islam dan tipisnya iman mereka. Sehingga, dapat terjadi salah persepsi dan pendangkalan akidah.