Jenderal Sultan
Oleh: Dhimam Abror DjuraidSBY berhasil memenuhi imajinasi publik yang menginginkan seorang pemimpin yang ‘’agung binantara’’ sebagaimana profil raja-raja Jawa di masa lalu. SBY adalah figur raja dan tentara yang sesuai dengan citra kepemimpinan tradisional yang dirindukan publik.
Dengan profil dan kredensial semacam itu, popularitas SBY melesat melewati Megawati Soekarnoputri yang notabene adalah presiden petahana. Dengan profil yang mantap dan didukung proyek pencitraan media yang profesional, SBY melenggang menuju RI-1.
Sepuluh tahun era kepemimpinan SBY berakhir. Kemudian muncul Jokowi yang benar-benar menjadi antitesa SBY. Jokowi mencitrakan dirinya sebagai bagian dari rakyat, hidup di tengah rakyat, dan memahami persoalan rakyat.
Dengan pengelolaan pencitraan yang canggih, Jokowi bisa mulus mencapai posisi RI-1 menggantikan SBY.
Menjelang akhir pemerintahan Jokowi persaingan menuju kursi RI-1 sudah mulai memanas. Siklus politik Indonesia yang biasanya berumur sepuluh tahun kemungkinan besar akan terjadi lagi.
Setelah sepuluh tahun era SBY yang serbadatar dan stabil, kemudian dilanjutkan dengan sepuluh tahun era Jokowi yang penuh gelombang, saatnya publik mencoba lagi figur baru untuk menjadi pemimpin nasional.
Ganjar Pranowo yang menjadi copy-paste Jokowi tentu punya peluang besar, dengan catatan publik masih ingin punya presiden seperti Jokowi.
Namun, melihat siklus sepuluh tahunan politik Indonesia, kelihatannya publik menginginkan figur dan style kepemimpinan baru untuk lima tahun dan sepuluh tahun mendatang.