Jewer Ala Edy Rahmayadi
Oleh: Dhimam Abror DjuraidJalan pintas instan dilakukan dengan melakukan naturalisasi pemain-pemain asing dan menjadikannya sebagai warga negara Indonesia. Namun, proyek naturalisasi ini gagal menghasilkan prestasi.
Buktinya sampai sekarang Indonesia tidak pernah menjadi juara di level Asia Tenggara. Belasan atau malah puluhan pemain naturalisasi menumpuk tidak berguna.
Asa untuk juara kali ini sudah hampir pasti lenyap. Harapan sudah terbang. Yang bisa kita lakukan hanyalah menyelamatkan muka jangan sampai kebobolan gol lebih banyak lagi. Keajaiban memang bisa terjadi di sepak bola.
Namun, kalau Indonesia bisa membuat keajaiban dengan membantai Thailand lima gol tanpa balas, maka yang terjadi bukan sekadar ajaib tapi mukjizat.
Iming-iming bonus Rp 12 miliar dari Presiden Jokowi tidak cukup menjadi tambahan motivasi. Bonus ini termasuk besar, apalagi selama ini urusan bonus masih menjadi kontroversi dan perang komentar antara atlet dengan pemerintah.
Atlet bulu tangkis yang memenangi turnamen Piala Thomas harus menunggu cukup lama untuk memperoleh bonus dari pemerintah. Bonus cair setelah terjadi saling adu argumen di media. Bahkan, ketika bonus sudah cair pun masih terjadi perdebatan dan saling adu otot.
Cabang olahraga bulu tangkis menjadi kebanggaan nasional selama berpuluh tahun. Indonesia melahirkan maestro kelas dunia dari cabang olahraga ini. Namun, dalam 20 tahun terakhir Indonesia kehilangan kedigdayaan itu. Piala Thomas yang biasanya menjadi langganan Indonesia sekarang terasa menjadi barang mewah yang tidak terjangkau.
Piala Thomas bisa direbut kembali, tetapi Merah Putih tidak bisa berkibar karena Indonesia sedang terkena sanksi lembaga doping internasional. Di dalam negeri pun ada upaya untuk mendegradasi capaian itu. Karena itu pula bonus yang dijanjikan tersendat-dendat pencairannya.