Jin Buang Anak
Oleh: Dhimam Abror Djuraidjpnn.com - Dalam berkomunikasi sehari-hari masyarakat punya idiom atau ungkapan khusus yang dipakai untuk melancarkan komunikasi dan pergaulan.
Idiom-idiom itu bisa bermakna isoterik, atau hanya dipahami di lingkungan tertentu saja, atau bisa juga bermakna esoterik yang bisa dipahami oleh masyarakat umum.
Banyak idiom-idiom lokal yang tetap menjadi ungkapan lokal. Namun, ada juga idiom lokal yang kemudian berkembang menjadi idiom umum. Orang Surabaya berbicara dengan bahasa Jawa dialek jawa timuran yang mempunyai idiom-idiomnya sendiri.
Ungkapan ‘’jancuk’’ bisa bermakna sangat kasar bagi orang luar Surabaya. Namun, ketika diucapkan di antara sesama teman ungkapan itu menjadi simbol keakraban.
Banyak juga idiom-idiom lokal Surabaya yang jarang atau tidak pernah dipakai, sehingga banyak orang yang lupa, terutama kalangan muda dan milenial.
Idiom ‘’gung liwang-liwung’’, misalnya. Hampir pasti sebagian orang Jawa tidak mengetahui artinya. Padahal, di masa lalu orang-orang tua sering memakai idiom itu untuk menggambarkan sebuah tempat yang jauh dan terpencil.
Secara harfiah ‘’gung liwang-liwung’’ berarti hutan belantara. Dalam percakapan sehari-hari diartikan sebagai tempat yang jauh dan jarang dikunjungi orang.
Kalau ada kerabat yang tinggal di pinggiran kota, orang Surabaya menyebutnya ‘’gung liwang-liwung’’. Atau masih ditambahi lagi dengan idiom ‘’adoh lor adoh kidul’’, jauh dari utara dan jauh dari selatan.