Jokowi Can Do No Wrong
Oleh: Dhimam Abror DjuraidKeempat, SBY menyoroti Jokowi yang memberikan endorsement kepada sejumlah tokoh untuk menjadi capres atau cawapres. Kelima, SBY menyebut bahwa Jokowi akan menjadi penentu siapa sosok pasangan capres-cawapres yang harus diusung oleh partai politik yang berada pada koalisi pemerintahan.
Masalah cawe-cawe mendapat porsi sorotan utama oleh SBY. Dia cukup hati-hati untuk tidak menyerang langsung Jokowi. Dalam setiap poin yang diungkap, SBY selalu melihat sisi positif dari apa yang dilakukan oleh Jokowi. Tetapi, pada alenia berikutnya SBY menyampaikan pandangan kritisnya terhadap semua sikap Jokowi.
Terhadap kelima isu tersebut SBY menunjukkan sikap kritis kepada Jokowi. Menilik sikap kehati-hatian SBY selama ini, pernyataan sikap yang ada di buku ini adalah sikap oposisi.
Pada beberapa bagian SBY masih menggunakan kalimat kiasan yang bersifat tidak langsung. Kendati demikian, SBY tetap menujukkan sikap oposisi terhadap Jokowi.
Ada beberapa frasa keras yang dikutip oleh SBY. Ia menyebut "abuse of power" untuk menggambarkan cawe-cawe yang dilakukan dengan mempergunakan resource dan kekuatan pemerintah. SBY bahkan mengingatkan Jokowi supaya bisa mengakhiri pemerintahan dengan soft landing, bukan hard landing, apalagi crash landing.
SBY secara eksplisit juga mengingatkan Jokowi jangan sampai melakukan "obstruction of justice", yaitu melakukan cawe-cawe sehingga Pillres tidak berlangsung secara "free and fair".
Jika Jokowi melakukan hal itu maka ia melakukan pelanggaran konstitusi, karena UUD 1945 mengamanatkan pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Narasi ini cukup jelas sebagai warning terhadap Jokowi.
SBY secara khusus membahas masalah cawe-cawe Jokowi dalam Pilpres 2024. Hal ini menjadi keprihatinan utama SBY. Ia memberi contoh sebuah kontroversi nasional yang terjadi semasa pemerintahannya. Salah satunya adalah kasus "cicak vs buaya" yang melibatkan KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) dengan Polri.