Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Jokowi dan Orang Hutan

Oleh: Dhimam Abror Djuraid

Kamis, 04 November 2021 – 14:26 WIB
Jokowi dan Orang Hutan - JPNN.COM
Presiden Jokowi dan PM Palestina Mohammad Ibrahim Shtayyeh di sela-sela pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Pemimpin Dunia COP26 di Scottish Event Campus, Glasgow, Skotlandia, Senin (1/11). Biro Pers Sekretariat Presiden

Kehadiran Jokowi di Roma diekspos besar-besaran di dalam negeri. Jokowi digambarkan menjadi sosok sentral dalam pertemuan itu. Meskipun diketahui tidak piawai dalam berbahasa Inggris, tetapi Jokowi terlihat tidak canggung bercengkerama dengan Emmanuel Macron, Boris Johnson, Angela Merkel, dan tuan rumah Mario Draghi.

Publik tidak tahu apa yang diperbincangkan. Yang terlihat adalah Jokowi tetap memakai masker sementara lawan-lawan bicaranya tidak bermasker. Seperti biasanya, netizen Indonesia riuh rendah berkomentar.

Pendukung Jokowi menyebut Jokowi tetap konsisten menjaga prokes dengan tetap bermasker. Para pengkritik menyebut Jokowi memakai masker supaya tidak banyak omong karena tidak lancar berbahasa Inggris.

Pidato Jokowi di COP26 Glasgow mengenai prestasi penanganan kebakaran hutan Indonesia disiarkan luas di Indonesia dan diamplifikasi ramai-ramai di berbagai akun medsos.

Namun, klaim heroik Jokowi ini langsung mendapat sanggahan dari Greenpeace, organisasi aktivis lingkungan yang paling otoritatif di dunia.

Tidak tanggung-tanggung, Greenpeace Indonesia menyebut klaim-klaim Jokowi yang disampaikan di Glasgow adalah omong kosong. Perwakilan Greenpeace Indonesia M Iqbal Damanik mengungkapkan klaim Jokowi mengenai transisi energi, keberhasilan menurunkan angka kebakaran hutan dan lahan (karhutla), hingga target rehabilitasi 600 hektare mangrove atau hutan bakau pada 2024 mendatang, tidak didukung bukti.

Menurut Greenpeace, angka penurunan karhutla sampai 82 persen selama 2020-2021 tidak bisa dianggap sebagai keberhasilan Jokowi. Sebab, penurunan angka karhutla itu lebih banyak dipengaruhi faktor alam. Begitu pun, pada tahun-tahun sebelumnya. Angka Kerhutla menurun cukup tinggi ketika musim-musim basah, ketika curah hujan cukup tinggi. 

Biasanya setiap tahun Indonesia menjadi pengekspor asap terbesar di Asia Tenggara. Penerima ekspor asap terbesar adalah negeri jiran Malaysia yang berbatasan langsung dengan hutan-hutan Kalimantan dan Sumatera yang menjadi langganan kebakaran.

Tidak tanggung-tanggung, Greenpeace Indonesia menyebut klaim-klaim Jokowi yang disampaikan di Glasgow adalah omong kosong.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close