Jokowi dan Orang Hutan
Oleh: Dhimam Abror DjuraidSingapura juga sering menjadi korban ekspor asap gratis dari Indonesia.
Dalam setahun terakhir memang tidak terdengar kabar adanya ekspor asap gratis itu karena kebakaran hutan memang jarang terjadi. Jokowi mengeklaim penurunan sampai 80 persen itu sebagai prestasi.
Namun, Greenpeace menganggapnya sebagai kebetulan atau nasib baik.
Apa pun, kebetulan atau nasib baik, yang jelas selama hampir dua tahun terakhir tidak ada kebakaran hutan, dan Jokowi boleh menepuk dada dan mengeklaimnya sebagai keberhasilan, meskipun Greenpeace tidak sependapat.
Greenpeace mengatakan memang laju penggundulan hutan turun, tetapi hal itu terjadi secara alamiah karena musim hujan yang sangat basah. Greenpeace tidak melihat ada intervensi kebijakan terhadap kebakaran hutan yang optimal dari pemerintah, dan karena itu keberhasilan ini tidak bisa diklaim sebagai keberhasilan Jokowi.
Greenpeace malah menganggap data-data yang disampaikan Jokowi sebagai data asal ambil seperti data tukang pulung. Data 'cherry picking' itu tidak menggambarkan situasi yang seutuhnya.
Karhutla masih banyak terjadi di konsesi-konsesi yang sama seperti di Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan. Kebakaran terjadi di titik yang sama sejak 2015.
Soal transisi energi, Greenpeace menganggap Jokowi belum memperlihatkan kesungguhan dalam implementasinya. Salah satu yang disoroti adalah penggunaan bahan bakar fosil dari batu bara.