Jokowi…Siapkan Palangka Raya jadi Ibu Kota Indonesia
"Soekarno menumpang kapal selama dua hari dua malam menyusuri sungai dari Banjarmasin," kata Sabran Ahmad, tokoh pemuda setempat (kemudian hari menjabat Ketua Dewan Adat Dayak Kalimantan).
R. Masri Sareb Putra dalam buku 101 Tokoh Dayak yang Mengukir Sejarah menceritakan Sabran Ahmad orang yang ikut mengiringi rombongan Bung Karno.
Sesampai di gerbang pedalaman Dayak di Kuala Kapuas, rombongan dihadang. Prajurit-prajurit Dayak dengan pakaian khasnya melingkarkan biduk mereka di muka kapal yang membawa Bung Karno.
Di tepian, orang-orang menabuh genderang. Presiden turun. Begitu menjejakkan kakinya di tanah, orang-orang mempersilakannya naik joli yang indah. Joli adalah tandu untuk mengusung raja.
Si Bung menolak. Diletakkannya bendera merah putih di atas joli. Lalu, bergabung dengan orang banyak yang mengibar-ngibarkan bendera merah putih.
"Orang-orang asing yang mengatakan Kalimantan ingin memisahkan diri terbukti salah," gumam Bung Karno, sebagaimana ditulis Gerry van Klinken dalam Pembentukan Provinsi Dayak di Kalimantan, termuat dalam buku Antara Daerah dan Negara: Indonesia Tahun 1950-an.
Kampung Pahandut. Rabu, 17 Juli 1957
Soekarno meletakkan batu pertama pembangunan Palangka Raya, ibu kota Kalimantan Tengah yang secara administrasi terbentuk pada 23 Mei 1957 melalui Undang-Undang Darurat No. 10 Tahun 1957 tentang Pembentukan Daerah Swantara Tingkat I.