Jubir BIN Tegaskan Pasukan Rajawali Bukan Unit Khusus
jpnn.com, JAKARTA - Deputi Bidang Komunikasi dan Informasi Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan H Purwanto menepis tudingan yang menyebut lembaganya memiliki pasukan khusus.
Menurut Wawan, Pasukan Rajawali yang ditampilkan pada peresmian patung Bung Karno dan inaugurasi statuta Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) di Bogor, Rabu pekan lalu (9/9) bukanlah unit khusus di BIN. Sebab, sejatinya yang ditampilkan adalah peserta Pendidikan Intelijen Khusus (Dikintelsus).
“Itu bukan pasukan atau unit tersendiri, tetapi pelatihan intelijen khusus yang diberikan kepada personel BIN yang bertugas di lapangan (bersama TNI, Polri) agar memahami tentang tugas dan dinamika di lapangan. Antara lain intelijen tempur, taktik dan teknik intelijen di medan hutan, perkotaan dan lain-lain, serta peningkatan kapabilitas SDM,” ujar Wawan melalui layanan pesan ke jpnn.com, Rabu (15/9).
Mantan Rektor STIN itu menambahkan, pelatihan tersebut didasari evaluasi terhadap hasil Operasi Satgas BIN di wilayah konflik. Misalnya, ada personel BIN di Papua yang gugur maupun terluka.
Wawan menegaskan, Dikintelsus bukan untuk unit khusus intelijen seperti Schutzstaffel (SS) NAZI era Adolf Hitler. “Kalau mengkaitkan ini dengan Schutzstaffel Nazi Jerman dan lain-lain, rasanya terlalu jauh,” tegasnya.
Lebih lanjut Wawan mengatakan, penutupan Dikintelsus selalu diwarnai dengan atraksi keterampilan bela diri, informasi dan teknologi, bahan peledak, persenjataan, serta simulasi penumpasan ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan (ATHG).
Pendiri Lembaga Pengembangan Kemandirian Nasional (LPKN) itu menambahkan, Dikintelsus bertujuan mengasah kemampuan dalam mengatasi tugas khusus yang berat dan medan sulit.
“Setelah selesai pendidikan mereka diterjunkan untuk tugas klandestin di berbagai sasaran yang menjadi titik ATHG. Mereka terjun seorang diri ataupun bekerja dengan tim kecil,” tuturnya.