Kabari Kemenangan ke Semua Orang kecuali Mantan Suami
Senin, 02 September 2013 – 06:38 WIB
Lain lagi kisah Wiji Sulastri. Perempuan yang sehari-hari menjadi petani tersebut hingga kini masih mempertahankan pernikahannya. Wiji mengatakan tidak pernah mendapat kekerasan fisik sejak menikah pada 1984. Ketidakadilan yang dia alami adalah soal ekonomi. Tidak semua penghasilan sang suami diserahkan untuk kepentingan rumah tangga. Juga ada alasan lain, namun dia tidak mau mengungkapkan. Masalah tersebut baru berhenti setelah kelahiran anak kedua pada 1996. Kini Wiji telah paham soal hukum dan etik rumah tangga. Dia juga telah punya penghasilan sendiri dengan menerima pesanan makanan ringan.
Kemandirian secara ekonomi anggota KPMJ mereka tularkan kepada para perempuan yang bernasib sama. Mereka memberikan pelatihan keterampilan dan wirausaha. "Yang menjadi koordinator, Bu Wiji," kata pendamping komunitas ini, M. Sholahuddin, yang akrab disapa Pak Udin. Ada pelatihan memasak, membuat telur asin, menjahit, dan juga pengetahuan soal hukum.
Pelatihan yang beragam diharapkan memberikan pilihan yang lebih luas dan fleksibel bagi anggota. Mutmainah, misalnya, memilih usaha berjualan jamu. Sebulan sekali dia kulakan bahan jamu di Surabaya. Yakni, rempah-rempah kering. "Saya tumbuk dan ramu sendiri, lalu dikemas," tuturnya.